Hukuman yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI terhadap PS Mojokerto Putra (PSMP) dan pemainnya, Krisna Adi Darma, disebut koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, terasa aneh.
Sebelumnya, Komdis PSSI telah memutuskan hukuman terkait dugaan skandal pengaturan skor atau match-fixing pada laga PSMP kontra Aceh United.
Akibatnya, Komdis menghukum PSMP dengan sanksi tidak boleh mengikuti kompetisi resmi pada musim 2019.
(Baca Juga: Runtuhnya Era Kerajaan Sriwijaya, Klub Kendaraan Politik yang Ingin Tampil Heroik Bak Juventus)
Selain itu, Krisna Adi Darma dihukum larangan beraktivitas dalam kegiatan sepakbola di lingkungan PSSI seumur hidup.
Akmal menilai, hukuman yang dijatuhkan kepada PSMP sangat ganjil.
Baca Juga:
- Persib Bandung Ingin Pulangkan Pemain Binaan demi Bentuk The Class of 92 Ala Manchester United
- Runtuhnya Era Kerajaan Sriwijaya, Klub Kendaraan Politik yang Ingin Tampil Heroik Bak Juventus
- Satu Pemain Ingin Bertahan di Persib Bandung Meski Banjir Tawaran dari Klub-klub Liga 1
Ia menyebut, selain memberikan larangan mengikuti kompetisi resmi, Komdis semestinya menghukum PSMP untuk turun kasta, yakni terdegradasi ke Liga 3.
"Hukuman buat PSMP sangat lucu ya. Jadi, pada musim 2019 PSMP main di mana? Harusnya ya degradasi ke Liga 3 atau pengurangan poin," kata Akmal Marhali, Senin (24/12/2018).
"Hukuman ini kan lucu, seperti PNS (Pegawai Negeri Sipil, red) yang mengambil cuti karena hamil," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, Akmal juga angkat bicara menyoal hukuman Komdis PSSI yang dijatuhkan kepada Krisna Adi Darma.
Krisna Adi resmi dijatuhi sanksi larangan bermain seumur hidup oleh Komite Disiplin (Komdis) PSSI.
(Baca Juga: Skenario The Dream Team 8 Pemain Asing Madura United Alami Kegagalan karena Tahun Sial)
Pasalnya, Krisna Adi dianggap sengaja tidak mencetak gol saat mengeksekusi tendangan penalti pada laga PSMP kontra Aceh United pada babak 8 besar Liga 2 di Stadion Cot Gapu, Aceh, Selasa (19/11/2018).
Saat itu, tendangan penalti yang dieksekusi Krisna Adi melenceng jauh dari gawang Aceh United dan menimbulkan banyak kecurigaan.
"Kedua terkait hukuman Krisna Adi. Menurut saya itu terlalu prematur, karena dia bukan satu aktor saja, ada aktor lagi di balik itu."
"Artinya, Komdis harus mengusut dulu, Krisna kan cuma wayang, nah dalangnya ini siapa," ujar Akmal menjelaskan.
Akmal pun berharap Komdis PSSI bersedia bekerja lebih berani dalam mengusut masalah pengaturan skor ini hingga ke pangkal masalahnya.
"Komdis harus berani buka. Siapa yang terlibat, siapa otak intelektual di balik skandal ini."
"Jangan cuma memotong rumput tapi tidak angkat akarnya. Kalau begini saja tidak ada efek jera," pungkasnya.
Editor | : | Taufan Bara Mukti |
Sumber | : | jakarta.tribunnews.com |
Komentar