Setidaknya, Seto Nurdiantoro tercatat berseragam PSIM Yogyakarta pada tiga periode yang berbeda, yakni pada medio 1995-2000, 2006-2009 dan 2011-2013.
Pada tahun yang disebutkan terakhir adalah momen terakhir Seto sebagai pesepak bola sebelum akhirnya gantung sepatu.
(Baca Juga: Final Liga 2 - Brigata Curva Sud Umumkan Tiket PSS Sleman)
"Saya lahir di Sleman, tetapi saya mengawali karier sebagai pesepak bola profesional bersama PSIM," jelasnya.
"Selain itu, saya juga mengawali kiprah saya di dunia kepelatihan bersama PSIM. Tetapi saya lahir dan dibesarkan oleh PSS Sleman. Jadi kedua tim ini memiliki arti penting bagi saya," tuturnya menambahkan.
Meskipun pernah menyeberang ke dua kubu yang berbeda, Seto Nurdiantoro tetap diterima dengan baik oleh kedua kelompok suporter yang terpisah oleh jurang rivalitas ini.
Diakuinya, rivalitas antara kedua tim memang wajar terjadi, apalagi keduanya terletak pada satu daerah yang sama.
Namun demikian, Seto beryukur dirinya bisa diterima dan dicintai oleh kedua kelompok suporter.
"Memang hubungan kedua tim sedikit panas. Karena keduanya berada di satu kota yang sama, jadi ada rivalitas di antara kedua tim," kata pelatih yang juga pernah membela timnas Indonesia ini.
Editor | : | Doddy Wiratama |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar