Ia bukan lagi harus menjadi guru yang baik untuk membina para pemainnya di masa depan.
Sekarang saatnya menunjukkan pada publik bahwa ia juga adalah pelatih jempolan yang mampu meracik strategi untuk masa kini.
Wenger tidak bisa lagi berkelit mengatakan bahwa, “tidak apa-apa tidak juara di musim ini, yang penting para pemain akan menjadi pemain hebat di masa depan.”
Publik sudah bosan dengan alasan tersebut dan ingin agar Wenger menuntaskan akhir karirnya di Emirates dengan menyumbang trofi. Klub sedang diisi oleh para pemain di usia emasnya. Lantas, tunggu apalagi?
Wenger adalah seorang penganut Katolik Roma yang taat.
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Rob Harris pada tahun 2013, Wenger sempat mengungkapkan tentang bagaimana ia dibesarkan dalam tradisi keagamaan yang kuat.
Nilai-nilai keagamaan itu juga ia terapkan pada tim yang ia latih. Baginya, sepakbola adalah juga tentang “melayani umat” dan penanaman nilai-nilai luhur.
“Saya selalu tekankan,” kata Wenger, “Jangan main untuk uang. Lupakan uang. Mainlah untuk pengalaman yang nyata. Buatlah permainan yang bernilai baik untuk diri kalian maupun untuk publik.”
Baca Juga: Trio MSN Bubar, Trisula MSG Siap Mengudara di Barcelona
Filosofi Wenger selalu dijalankan oleh para pemain Arsenal. Wenger menciptakan sepak bola menghibur dan sarat nilai.
Sekarang tinggal bagaimana Wenger, di akhir masa kepelatihannya, bersikap pragmatis tanpa perlu meninggalkan nilai-nilai yang ia adopsi dari kepercayaan religiusnya.
Wenger harus mulai memainkan sepak bola yang “ingin menang”, bukan hanya dengan bumbu-bumbu operan dan kecepatan memikat tanpa punya arti apa-apa jika pulang tanpa membawa poin.
Kalau pun di akhir cerita, Wenger menang dengan taktik-taktik pragmatis, toh ia tetap “melayani umat”, dengan kebahagiaan meraih trofi.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar