Keberanian Mourinho mengubah formasi itu tak lepas dari keberhasilan manajemen mengikat mantan pemain Chelsea, Nemanja Matic.
Peran Matic dalam tim Conte musim lalu sangat signifikan. Berduet dengan N’Golo Kante di lini tengah, keduanya sukses mengatur ritme serangan sekaligus menjadi benteng pertahanan yang kokoh.
Maka tak mengherankan apabila Conte amat emosional ketika Matic menyeberang ke Manchester United.
“Terkadang kamu harus menerima perbedaan keputusan. Tidak perlu diragukan lagi, kehilangan Matic adalah pukulan yang berat bagi Chelsea,” kata Conte merutuki keputusan manajemen yang “tega” menjual Matic ke klub rival.
Posisi defensive midfielder dan centre midfielder memang memegang peranan vital dalam skema 3 bek tengah dan 2 bek sayap.
Ketika bek sayap membantu serangan, dua orang gelandang tengah akan saling berkoordinasi siapa yang naik menyerang dan siapa yang turun melapisi pertahanan.
Di bawah arahan Conte, Matic dan Kante sukses melaksanakan tugasnya dengan baik. Bahkan, Kante dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Inggris musim lalu.
(Baca Juga: Wah, Antonio Conte Ternyata Menyesal Telah Melepas Nemanja Matic ke Manchester United)
Konsistensi Antonio Conte dalam menerapkan sistem formasi 3 bek sudah terlihat tatkala ia ditunjuk menangani Juventus dan timnas Italia.
Conte membawa Juventus meraih hattrick scudetto Serie A pada 2011 hingga 2014 dengan formasi 3-5-2 khasnya yang saat ini ia tularkan ke Chelsea.
Conte bahkan berhasil mengantarkan timnas Italia ke Perempat Final Euro 2016, kalah dari Jerman dalam adu penalti.
Kini, genderang perang Liga Inggris dibunyikan, para pelatih sibuk menyusun formasi terbaik yang pas dan sesuai dengan kebutuhan timnya.
Semua tim akan berlomba-lomba menunjukkan kemampuan terbaik di atas lapangan hijau. Namun, pada akhirnya hanya ada satu tim terbaik yang akan tersenyum bangga di pengujung musim.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | transfermarkt.com, Squawka.com |
Komentar