Menurut analisa saya, sangat jelas terlihat perbedaan kualitas dari mental antara pemain putra Indonesia dan Thailand. Thailand yang notabene sebagai juara bertahan sejak SEA Games 2011, terlihat lebih tenang dan percaya diri dibandingkan Indonesia.
Terlebih lagi, sejak 2011 Thailand belum pernah terkalahkan dari Indonesia.
Raihan peringkat keempat pada Kejuaraan Bola Voli Asia (Asian Senior Men's Championship) di Gresik, Jawa Timur, 24 Juli-1 Agustus, lalu tidak dapat menjadi ukuran keberhasilan timnas bola voli putra pada SEA Games 2017 untuk mendulang medali emas.
Tekanan pertandingan pada final SEA Games mewajibkan pemain yang bertanding harus mempunyai tekad dan mental yang kuat.
Faktor mental merupakan aspek yang sangat dominan untuk menunjang skill pemain. Hal ini dapat mendongkrak bagus tidaknya performa pemain.
Banyaknya kesalahan mendasar dari penerimaan bola pertama dan servis yang kurang menekan mengakibatkan tim ini mudah kehilangan poin.
Pertahanan Thailand yang lebih rapi mengakibatkan tim Indonesia sulit untuk mendulang poin, sebaliknya pertahanan Indonesia tidak dapat meredam serangan Thailand.
Menilik hasil tim putra pada Kejuaraan Asia dan SEA Games 2017, Indonesia kekurangan pemain-pemain open spike yang berkualitas. Hal ini terlihat dari pemain yang terpilih untuk timnas.
Nama Rivan, Rendy, Sigit, dan Agung menjadi andalan Indonesia sejak 2013. Kegagalan sejak 2013 seharusnya membuat Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia ( PP PBVSI) memetik hikmah untuk membuat program regenerasi pemain yang berkesinambungan.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar