Sejak beberapa hari sebelum pertandingan, pemain sudah dicekoki potongan video yang menjadi poin penting dalam pertandingan berikut di berbagai pojok tempat mereka beraktivitas sehari-hari.
Video tersebut berisi apa yang biasa dilakukan tim lawan, bagaimana taktik tim lain yang berhasil mengatasi strategi calon lawan, dan bagaimana adaptasinya terhadap taktik bermain tim AS Monaco.
Bukan hanya di ruangan pertemuan tim, video juga diputar di ruang latihan beban, ruang pijat dan relaksasi, serta sudut-sudut berkumpul lain di area pusat latihan.
Musim lalu, AS Monaco berhasil menggoyang dominasi klub kaya PSG dalam beberapa tahun terakhir dengan menjuarai Ligue 1.
Banyak lagi pemaparan dari para praktisi, di antaranya pelatih akademi Liverpool FC, Kepala Sains Olahraga PSV dan Ajax, serta pelatih kepala Swedia U-21 yang membawa Swedia U-21 menjuarai Eropa untuk pertama kali pada 2015.
Juga ada Kepala Analisa Performa Federasi Sepak Bola Italia (FIGC).
Hasil kerja mereka menegaskan bagaimana pengembangan sepak bola terus berlari kencang.
Analisis performa hanya merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari banyak faktor dalam sepak bola.
Namun, di level tertinggi dengan kualitas permainan hampir sama baik, faktor kecil akan jadi pembeda.
Dibandingkan dengan konferensi rutin para peneliti sepak bola yang lebih menitikberatkan pada penemuan baru, pertemuan ini mencoba menjembatani sains, analisa, dan kepelatihan dengan praktik sepak bola sebagai muaranya.
Bagaimana dengan sepak bola kita? Setidaknya, beberapa tahun terakhir tim nasional Indonesia sudah mengenal keberadaan analis pertandingan dan data statistik.
Beberapa klub di kompetisi teratas pun sudah mencoba menggunakan tim analis dan jasa penyedia statistik.
Apakah penggunaannya sudah optimal? Tentu memulai adalah anak tangga pertama menuju tingkat optimal.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar