Kepada Bolasport.com, pelatih Persija Jakarta, Stefano Cugurra, menolak anggapan bahwa timnya bisa disebut juga sebagai Marko Simic FC.
Anggapan itu muncul setelah striker asal Kroasia itu tampil begitu dominan membawa Persija Jakarta menjuarai Piala Presiden 2018.
Dalam perjalanannya menjuarai Piala Presiden, Macan Kemayoran mencetak 18 gol.
Dari 18 gol itu, 11 di antaranya dibukukan oleh Simic. Itu berarti sekitar 61 persen.
Selain membawa Persija menjadi juara, Simic juga menjadi pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik turnamen.
“Ya, harus diakui 11 gol Simic sangat membantu kami untuk menjuarai Piala Presiden 2018. Tapi, tentu saja Simic tidak mau jika Persija disebut ‘Marko Simic FC’," kata Stefano Cugurra.
"Simic tahu bahwa setiap pemain tidak bisa berdiri sendiri. Dia tahu bahwa dirinya juga membutuhkan umpan dari rekan setim untuk mencetak gol. Setiap pemain punya fungsi masing-masing,” kata pelatih yang juga akrab dipanggil Teco ini.
Tapi, anggapan bahwa Persija adalah Marko Simic FC bakal muncul lagi setelah melihat kiprah Rezaldi Hehanussa dkk. di Piala AFC.
Tampil tanpa Simic pada pertandingan pertama di Grup H melawan Johor Darul Ta’zim, Persija takluk dengan skor telak 0-3.
Pada partai kedua menghadapi Tampines Rovers, Rabu (28/2/2018) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Simic dimainkan.
Hasilnya adalah kemenangan 4-1 dengan Simic mencetak hat-trick!
Ditambah kiprahnya di Piala Presiden 2018, berarti Simic mencetak 14 dari 22 gol Persija.
Persentase kontribusi sang bomber terhadap total gol Macan Kemayoran naik menjadi 63 persen.
(Baca Juga: Wow, Gol Rezaldi Hehanussa Dipuji Setinggi Langit oleh Komentator Sepak Bola Arab)
Mohon maaf, Teco. Tapi, saya memang melihat bahwa untuk saat ini Persija Jakarta adalah Marko Simic FC.
Kemenangan 4-1 atas Tampines Rovers yang menjadi argumen saya.
Bukan hanya masalah hat-trick yang dicetak oleh Simic, tapi juga pengaruh gol-gol sang striker bongsor dengan tinggi badan 187 cm ini.
Simic mencetak gol pembuka skor, yang selalu berarti penting bagi kondisi psikologis semua tim.
Gol macam itu membuat tim bisa menjadi lebih rileks sekaligus percaya diri sehingga sering menjadi penentu kemenangan.
Ketika skor 2-0, Persija kehilangan bek Jaimerson da Silva Xavier yang terkena kartu merah.
Bermain dengan 10 orang selama hampir sepanjang babak kedua adalah kondisi yang sangat berbahaya.
Bisa saja mental Persija Jakarta anjlok dan Tampines Rovers memanfaatkan situasi itu.
Tapi, Marko Simic kemudian mencetak gol keduanya sehingga skor menjadi 3-0.
Gol itu pasti kembali membuat tim merasa tenang. Para pemain tambah yakin tidak akan ada comeback dari Tampines Rovers.
Kondisi itu menunjukkan Marko Simic terlalu menentukan bagi Persija.
Tentu saja tidak ada yang salah jika sebuah tim mengandalkan pemain tertentu untuk mengubah hasil.
Bagus malah. Performa hebat Simic memang seharusnya dieksploitasi oleh Teco dan seluruh anggota skuat Persija Jakarta.
Macan Kemayoran juga akan tampak sangat menyeramkan di mata lawan, situasi yang bakal membuat Persija sudah menang setengah langkah ketika masuk ke lapangan.
Tapi, mengandalkan pemain tertentu yang kemudian mengarah menjadi ketergantungan akan menjadi masalah jika tim tidak memiliki rencana alternatif.
Mereka akan kehilangan titik referensi ketika sang andalan tidak bisa bermain.
(Baca Juga: 5 Kemungkinan Terburuk Jika Marko Simic Dinaturalisasi, Salah Satunya 'Percuma')
Masih ingat cerita Fiorentina di Liga Italia 1998/99?
La Viola memimpin klasemen pada paruh pertama kompetisi dengan Gabriel Batistuta mencetak 18 gol!
Tapi, Batistuta mengalami cedera pada pekan ke-20 dan harus absen lama.
Akhirnya, Fiorentina melorot dan finis di posisi ketiga klasemen.
Waktu itu Fiorentina memang bisa disebut sebagai Batistuta FC karena dominannya peran sang bomber.
Atau contoh yang lebih dekat dengan memori: timnas Brasil di Piala Dunia 2014.
Selecao awalnya tampak baik-baik saja dalam perjalanan menjadi juara di rumah sendiri.
Tapi, Neymar dan Thiago Silva harus absen di semifinal. Neymar cedera, sedangkan Thiago Silva menjalani hukuman akumulasi kartu.
(Baca Juga: Cetak 17 Gol, Super Simic Kalahkan Bomber Juve dan Milan)
Tanpa dua pemain itu, Brasil kemudian kolaps. Di semifinal, mereka dipermalukan Jerman, yang akhirnya menjadi juara, dengan skor 1-7.
Kekalahan 0-3 dari Johor Darul Ta’zim dan kemenangan 4-1 atas Tampines Rovers bisa membuat orang mengambil kesimpulan mudah inilah perbedaan Persija Jakarta jika tidak diperkuat Marko Simic dan apabila sang striker bermain.
Untuk menjalani Liga 1 2018 dan lanjutan Piala AFC, tentunya Persija Jakarta tidak boleh membiarkan kesimpulan mudah itu menjadi kenyataan.
Saya yakin coach Teco sudah lebih dulu menyoroti hal ini daripada saya.
Dia yang sukses “meledakkan” Marko Simic sehingga bisa menjadi predator ganas seperti sekarang.
Stefano Cugurra tentu juga sudah memikirkan apa yang harus dilakukan tim asuhannya jika ledakan tersebut teredam oleh situasi apapun.
Persija wajib terus memaksimalkan Simic selagi sang penyerang sedang panas-panasnya.
Tapi, sambil memeras gol demi gol dari Marko Simic, sebuah plan B harus segera dipatenkan.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar