Manado sudah ketinggalan dibanding daerah ain. Namun, setidaknya ada misi positif yang diemban para pelaku sepak bola di sana.
Ya, kompetisi senior boleh tidak ada. Namun, berjubelnya kompetisi usia dini di Sadion Klabat Manado dan Kotamobagu, paling tidak memberikan pesan bahwa sepak bola di Manado tidak mati.
Pembinaan usia muda wajib dan harus diopimalkan. Maka, berbagai turnamen usia dini dan muda banyak digelar di sana.
Ada Piala Gubernur Sulut, Piala Walikota Manado dan Kotamobagu, Piala KONI Manado. Belum lagi jaringan kompetisi muda dari daerah hingga pusat seperti Piala Menpora U-14 dan U-16, juga Piala Danone.
Namun, benarkah kompetisi senior harus dinomorduakan? Adalah tugas Asprov PSSI setempat yang mesti total bekerja.
Jika tidak, kepengurusan yang baru sebulan tak ubahnya kepengurusan lama. Artinya, setelah terpilih, program pun tak ada.
(Baca Juga: Indra Sjafri Nilai Kualitas Egy Maulana Vikri Menurun)
Kalau pun Persma 1960 mulai aktif, hal itu karena kepedulian beberapa orang penggila sepak bola di Manado.
Mereka berharap bisa mengembalikan nama besar Persma. Meski untuk benar-benar eksis masih ditunggu hasilnya.
Karena itu, bagaimana cara dan apapun bentuk model kompetisi senior mulak harus dijalankan.
Jika sudah jalan, pembinaan berjenjang hingga ke senior akan memetik hasil.
Jangan sampai "roh" Il Phenomenon Ronaldo cepat hilang dan tak membekas sama sekali di Manado.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar