Semalam, Senin (16/4/2018) pukul 10.30, teman saya, Ibnu Agung Mulyanto, menulis dalam blognya mengenai mimpi untuk menyaksikan Piala Dunia secara langsung.
Dengan isengnya, dia mengirim tulisan tersebut ke saya. Apa? Saya pun terhenyak.
Lebih kurang 2 bulan lagi dan kita akan menikmati kembali ajang yang belum tergantikan oleh apapun sampai saat ini.
Rasanya baru kemarin kembali dari ajang terdahulu, padahal itu sudah 4 tahun yang lalu.
Menemukan jalan-jalan Rio de Janeiro yang berpesta 24 jam, menyusuri Pantai Ipanema dan Copacabana yang menjadi lautan manusia sepanjang waktu, dan menjadi saksi mata pembantaian 1-7 timnas Brasil oleh tim Panser Jerman.
Legenda Klub Setuju Man United Tendang Paul Pogba dan 3 Pemain Lain https://t.co/uCfc1KMUlW
— BolaSport.com (@BolaSportcom) April 17, 2018
Pembantaian itu membuat kami pontang-panting pulang ke penginapan di Brasilia karena fans Selecao yang marah menjadikan turis atau orang asing menjadi sasaran pelampiasan.
Sepertinya juga baru saja, 2 tahun lalu kembali dari Piala Eropa, di mana salah satu sebuah generasi emas Portugal akhirnya bisa mengangkat trofi juara.
Sebuah perhelatan yang sesungguhnya berada di tengah pusaran kondisi geopolitik dan ancaman terorisme yang makin akut.
Wajah teman saya, Said Zaidansyah, kembali teringat ketika yang bersangkutan menjadi salah satu narasumber tragedi aksi terorisme di Kota Nice pada Bastille Day.
Juga yang tidak terlupakan adalah ajang reuni dengan teman-teman lama yang sangat menyenangkan.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar