Pada bulan Agustus tahun lalu, teman lama saya, Ubaidillah Nugraha atau yang biasa dipanggil Ubai mengirimkan pesan Whatsapp 'kompor'.
Dia cerita, baru saja memesan penerbangan ke Moskow, Rusia, di bulan Juli 2018 untuk menyaksikan putaran final Piala Dunia 2018.
Apalagi, Ubai dapat penerbangan yang relatif murah. Hanya Rp5 jutaan untuk round trip ke Rusia dengan Thai Air.
“Mau ikutan?,” begitu isi pesan Ubai untuk saya. Benar-benar pesan beraroma 'kompor'.
Jual Marko Simic, Persija Bisa Beli Lionel Messi hingga Neymar https://t.co/m06aYBF3Ws
— BolaSport.com (@BolaSportcom) April 23, 2018
Disebut 'kompor' karena menyaksikan pentas laga Piala Dunia secara bersama-sama sudah menjadi impian bersama saat kami berdua menjadi peserta SIF ASEAN Visiting Student Fellowship di Singapura tahun 1996.
Dulu target kami adalah menonton Piala Dunia 2006. “Masa sepuluh tahun bekerja belum bisa ke sana?,” demikian angan-angan kami.
Ternyata untuk Piala Dunia 2006, Tuhan memang belum mengizinkan.
Ubai sudah lebih beruntung daripada saya. Empat tahun lalu, dia sudah pernah merasakan atmosfer Piala Dunia di Brasil dengan menjadi reporter salah satu media olahraga Tanah Air.
Untuk saya, menuju Piala Dunia masih jadi impian yang belum terwujud sejak kecil. Sejak kecil?
Ya, bagi saya pribadi, menonton Piala Dunia secara langsung sudah menjadi cita-cita dari saat saya mengenal permainan olah kulit bulat ini.
Real Madrid Siap Tebus Mohamed Salah Rp 3,7 Triliun? https://t.co/Jv7rR43lVp
— BolaSport.com (@BolaSportcom) April 23, 2018
Awal ketagihannya saya dengan olahraga ini juga dimulai dari Piala Dunia, tepatnya di tahun 1982.
Saat itu, ayah saya berlangganan majalah olahraga Olympic. Saya dan kakak, yang hobi bermain sepak bola, menjadi penanti dan pembaca setia majalah ini.
Saya ingat betul beberapa bulan sebelum pentas Espana 82, majalah Olympic menyajikan ulasan mengenai tim-tim yang akan berlaga di Spanyol.
Saat itu ditampilkan profil Karl Heinz Rummenigge, yang digadang-gadang sebagai bintang yang akan membawa Jerman Barat membawa pulang trofi Piala Dunia.
Begitu juga sang gelandang elegan Brasil, Socrates, yang memimpin sebuah tim yang juga berisikan seorang pemain hebat, Zico.
Tak lupa, si bocah ajaib Diego Maradona, yang sudah diusung untuk meneruskan kejayaan Argentina di Piala Dunia setelah berlalunya masa Mario Kempes.
Hasilnya mungkin masih ada yang ingat. Paolo Rossi tanpa diduga menjadi pahlawan Italia untuk menjadi juara.
Padahal, Italia berangkat ke Spanyol dengan kondisi tim pincang.
Roberto Bettega, kapten dan bintang Gli Azzurri, terpaksa harus tinggal di Italia karena cedera.
Saya pun menang taruhan dari kakak yang sejak dulu konsisten membela Tim Panser Jerman (Barat).
Tim favoritnya yang dibintangi Karl Heinz Rummenigge dihajar 1-3 oleh kegemilangan Paolo Rossi, Marco Tardelli, dan Alessandro Altobelli di kubu Italia pada partai fonal.
Kenangan itu benar-benar membekas. Sejak saat itu, saya tidak pernah absen mengikuti secara seksama pesta sepakbola dunia empat tahunan ini.
Tim yang saya bela di Piala Dunia juga terus terang berganti-ganti.
Paul Pogba Dikabarkan Akan Dijual, Ternyata Adem Ayem Saja https://t.co/rqnZJN6Dm7
— BolaSport.com (@BolaSportcom) April 23, 2018
Di dekade 1980-an saya memegang Italia, pada awal dekade 1990-an ganti ke Belanda karena terpesona Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard.
Akhirnya mulai pertengahan 1990-an sampai sekarang menggantungkan harapan ke Inggris, yang berkali-kali berakhir pada kekecewaan.
Kalau tidak kalah dalam adu penalti di perempat final, malah tidak lolos dari fase grup. Terkadang terpikir: Inggris menang tenar doang.
Begitulah cerita romantika saya dengan Piala Dunia. Karenanya, segera setelah mendapatkan pesan 'kompor' dari Ubai itu, saya langsung berketetapan hati dan memutuskan destinasi liburan keluarga tahun 2018 ini adalah Rusia!
Alhamdulillah saya diberi keleluasaan rezeki. Alhamdulillah juga masih bisa mendapatkan tiket murah untuk saya, istri, dan anak-anak untuk berangkat.
Insya Allah mulai minggu ini, saya setiap hari Senin akan mengirim tulisan dengan tema 'Menuju Piala Dunia 2018'.
Doakan semoga istiqomah untuk menulis dan persiapan menyaksikan babak akhir di putaran final Piala Dunia nanti selalu lancar.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Kolom |
Komentar