Sepekan terakhir mendatangkan ujian sangat berat bagi kita, semua warga Indonesia. Kekerasan dan penyanderaan di Mako Brimob, Depok, disusul oleh serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) pagi.
Hanya beberapa jam setelah itu kembali ada ledakan bom di Sidoarjo. Senin pagi, lbom motor terduga teroris mengguncang gerbang Markas Polrestabes Surabaya yang disusul oleh serangan ke Mapolda Riau sehari setelahnya.
Melalui serangkaian serangan biadab tadi, setidaknya 30 orang meninggal dunia dan 60 luka-luka, baik terduga pelaku, polisi, atau pun warga.
Sudah hampir dua dekade Merah Putih tidak melihat kekerasan dalam level seberingas ini.
Fakta tersebut tambah memilukan bila kita ingat bahwa para terduga teroris merupakan keluarga dan tak sungkan merenggut nyawa anak-anak mereka sendiri dalam melancarkan aksi.
(Baca Juga: Jadwal Final Liga Champions 2018 - Real Madrid Vs Liverpool FC)
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia berduka dan rasa nelangsa tersebut tak lepas dari dunia olahraga.
Aksi solidaritas dan ucapan belasungkawa mengalir dari berbagai arah.
Pemain serta klub sepak bola nasional, komunitas suporter Tanah Air, sampai pebalap Repsol Honda Marc Marquez, dan gelandang AS Roma berdarah Batak, Radja Nainggolan.
Menyesakkan sekali melihat tragedi di Jawa Timur dan Riau terjadi pada 2018, tahun yang menjadi kenduri besar dunia olahraga.
Piala Thomas dan Uber sudah di depan mata dan Piala Dunia akan bergulir di Rusia sebulan dari sekarang.
Tak lama setelah pesta sepak bola tersebut tutup tirai, hajatan besar kita, Asian Games, akan dimainkan pada Agustus.
Ada juga turnamen AFC u-19 dan AFF u-18 serta Piala AFF 2018 yang akan bergulir pada November-Desember
Bahwa serangkaian tindakan yang begitu kejam dan menyimpang dari akal sehat bisa terjadi pada tahun ketika kita seharusnya bersatu paling padu tentu membingungkan dan kontradiktif.
***
Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan bangsa harus lebih kuat tahun ini lebih daripada sebelum-sebelumnya.
“Olahraga adalah alat yang paling bisa memersatukan dan memberi inspirasi ke seluruh dunia,” tulis Wilfried Lemke, Penasihat Khusus Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk olahraga bagi perkembangan dan perdamaian, di Guardian.
Ia jauh dari orang pertama yang memaknai olahraga sebagai pemersatu nomor wahid.
Jelang Olimpiade London 2012, Mantan Menlu Inggris, Jeremy Brown, mengutarakan olahraga sebagai “kekuatan pemersatu paling hebat di dunia.”
“Olahraga punya kekuatan tak tertandingi untuk membawa orang-orang bersatu dan menjadi inspirasi bagi nilai-nilai menghormati, integritas, dan persatuan,” tulis miliuner eksentrik Sir Richard Branson di akun twitternya pada awal pekan ini.
Energi inilah yang harus kita rangkul bersama.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Jika mereka yang radikal punya tujuan untuk mendestabilisasi Republik, kita sebagai warga harus menunjukkan sikap patriotisme dalam membela Merah Putih dan mengikat tali kebangsaan lebih erat dari sebelum-sebelumnya.
Bhinneka Tunggal Ika.
Bersatu walau tanpa memandang suku, agama, ras, atau antargolongan.
Melalui olahraga, kita harus bisa menyatukan kembali benang persaudaraan dengan satu tujuan sama, melihat Merah Putih berkibar dan saudara sebangsa bergandengan tangan.
Semua kisah terpilu sepanjang sejarah dunia pasti ada hikmahnya. Tragedi minggu lalu mungkin salah satu titik tersendu dalam perjalanan bangsa ini.
Namun, olahraga mengajarkan bahwa kepedihan, seperih apapun, merupakan part of the game.
Michael Jordan pernah berkata, “rintangan jangan menghentikan Anda. Jika Anda menemui tembok, jangan berbalik arah dan menyerah. Cari cara untuk melompati, memutari, atau menembus tembok tersebut.”
Saya yakin, Bangsa Indonesia bisa belajar banyak dari tragedi dan kepiluan yang telah berlalu, apalagi di tahun olahraga ini.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar