Tepat sehari setelah Bundesliga musim 2017/2018 berakhir, sang juara enam kali berturut, Bayern Muenchen, menggelar ritual tahunan FC Bayern Youth Cup.
Tahun ini sudah memasuki kali ketujuh turnamen tersebut diselenggarakan.
Kompetisi untuk pemain usia 14 hingga 16 tahun ini merupakan salah satu proyek sosial dari klub raksasa Jerman yang mencoba melebur pencarian bakat, pengenalan kultur, dan pendekatan fans menjadi satu.
Berbeda dengan turnamen usia muda pada umumnya, acara yang diselenggarakan bukan sekadar pertandingan sepak bola.
Ajang ini juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengenal lebih dekat kultur sepak bola di ibu kota Bavaria.
Sejak tiba pada Kamis, 10 Mei 2018, peserta turnamen disambut dengan tur keliling Kota Muenchen dengan sisipan kesempatan beratraksi free style di pusat kota.
Seluruh peserta diberikan sesi latihan terakhir bersama dengan tim pelatih FC Bayern di pusat latihan mereka di Sabenerstrasse.
(Baca Juga: Jadwal Final Liga Champions 2018 - Real Madrid Vs Liverpool FC)
Yang menarik adalah, mereka melakukan latihan bersama sebagai satu tim, alih-alih hanya per tim negara yang mereka wakili dalam rangka persiapan di hari puncak.
Tujuan mereka dicampur dalam satu seragam latihan dengan maksud pengenalan multikultur dan juga sepak bola ala FC Bayern.
Tim yang turut serta memang tidak banyak, hanya 10 tim namun mewakili empat benua.
Amerika Serikat dan Kolombia mewakili Benua Amerika. Polandia dan Jerman dari Eropa, serta Cina, India, Singapura, dan Thailand dari Asia.
Sementara Nigeria menjadi tim Afrika pertama yang ikut di kejuaraan ini.
Klub dengan gelar terbanyak Bundesliga ini memang punya julukan FC Hollywood, di mana mereka sering kali merekrut pemain bintang yang berasal dari mancanegara.
Tentunya suasana multikultur di klub ini cukup kental.
Kemudian, sehari sebelum turnamen para peserta berkesempatan menyaksikan langsung partai kandang terakhir FC Bayern di Bundesliga melawan Stuttgart sekaligus diikuti penyerahan trofi Bundesliga di Allianz Arena pada Sabtu (12/5/2018).
Meski cuaca diramalkan akan hujan rintik, keesokan harinya pada saat pertandingan sinar matahari cukup terik.
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Timnas Jerman di Fase Grup)
Sejak pagi seluruh tim sudah berkumpul di stadion kedua terbesar di Jerman itu.
Allianz Arena tampak cukup lengang karena kapasitas maksimum 75.000 hanya terisi di satu sisi oleh sekitar 3.000 orang.
Turnamen berjalan selama satu hari penuh (13/5/2018) diawali dengan fase grup di mana tim dibagi menjadi dua grup dan saling bertemu satu sama lain.
Setiap tim berisikan 10 pemain dan memainkan pertandingan 7 lawan 7 di lapangan yang telah direduksi dimensinya.
Thailand yang datang sebagai juara bertahan tampil meyakinkan sejak awal laga dan mampu lolos ke babak semifinal ditemani Singapura.
Sementara itu, lawan mereka dari grup lain adalah tim Jerman dan Amerika Serikat.
Di partai final, akhirnya Thailand kembali mempertahankan gelar juara setelah menang dengan skor 2-0 dalam All South East Asian Final melawan Singapura.
Sementara Amerika Serikat meraih tempat ketiga setelah untuk kedua kali pada hari itu menang atas tuan rumah Jerman.
Pemain Thailand, Tanasorn Janthrakhot, menyabet gelar top scorer.
Sementara pemain terbaik turnamen dihadiahi kepada Bin Juraimi dari Singapura.
(Baca Juga: Ini 11 Starter Timnas Jerman di Piala Dunia 2018 Pilihan Penggemar)
Keberhasilan Thailand mempertahankan gelar juara menjadikan mereka tim ketiga yang mampu melakukannya.
Sebelumnya, Italia dan Austria pernah melakukannya pada 2012-2013 dan 2015-2016.
Sementara itu Jerman hanya mampu mencapai hasil maksimal sebagai juara pada 2014.
Prestasi Thailand di turnamen ini, dan juga tentunya Singapura yang mampu mencapai final, merupakan sebuah pertanda bahwa tetangga kita di Asia Tenggara terus menghasilkan talenta berbakat.
Tentunya masyarakat sepak bola Indonesia boleh berbangga juga dengan prestasi bibit muda kita di turnamen usia muda semacam Gothia Cup, Danone Nations Cup, dan yang terakhir ketika menjuarai Barcelona Football Festival pada 2017.
Namun, kita tidak bisa menutup mata bahwa negara lain di zona ASEAN juga punya prestasi yang tidak kalah hebat.
Yang akan membedakan adalah bagaimana sistem sepak bola nasional masing-masing negara memultiplikasi talenta yang ada secara kontinu dan kemudian melakukan pembinaan yang tepat dalam rangka membentuk tim senior yang solid.
Kemasan yang berbeda dari kompetisi usia muda lainnya menjadikan FC Bayern Youth Cup pantas diapresiasi.
Sisi responsibilitas sosial terlihat cukup kuat pada program ini. Mereka tidak hanya menyelenggarakan turnamen puncak di kandang mereka, juga menjemput bola untuk melakukan sendiri seleksi pemain oleh tim pelatih mereka.
Di beberapa negara, mereka mengadakan transfer ilmu kepelatihan, klinik pelatihan dengan bocah lokal, dan juga beberapa acara hiburan lain sembari menyelenggarakan kompetisi seleksi lokal.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Legenda Bayern Munich seperti Bixente Lizarazu (1997-2006) dan Klaus Augenthaler (1976-1991) turut ambil bagian tahun ini untuk turun langsung ke negara peserta pada fase seleksi pemain.
Negara partisipan memang merupakan negara yang mereka pilih tiap tahunnya berdasarkan kooperasi dengan sponsor penyelenggara.
Sebelumnya, negara dengan kultur sepak bola kuat seperti Brasil dan Italia pun pernah turut serta.
Bukan tidak mungkin Indonesia yang punya basis fans besar bagi klub Eropa, termasuk juga Bayern Muenchen, menjadi sasaran program di tahun-tahun berikut.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar