Walau laju Indonesia dihentikan Uni Emirat Arab di babak 16 besar, gaya bermain menyerang dan percaya diri yang diperlihatkan para pemain menjadi pemantik bagi masyarakat menyalakan api cinta kepada Luis Milla.
Singkat cerita 3, Luis Milla kini ribuan kilometer jauhnya dari kita. Kepastian kontrak baru untuk membangun tim menuju Piala AFF 2018 seperti pusaran angin yang berubah-ubah.
Tidak bisakah federasi memiliki satu pintu untuk menyampaikan informasi ke masyarakat?
Kesimpang-siuran tentang nasib Luis Milla hingga pekan ketiga September diikuti “keberanian” sejumlah tokoh di PSSI untuk berbicara kepada media.
Bila semua pengurus dan komite eksekutif boleh menyampaikan hasil rapat internal, tampaknya perlu ada perubahan organisasi.
(Baca Juga: Ezra Walian Beri Sinyal untuk Kembali Gabung Timnas Indonesia)
Akan menjadi masalah ketika keputusan belum bulat, sejumlah tokoh internal menyambut pancingan para wartawan untuk memberikan komentar.
Bila Indonesia butuh Luis Milla, tidak seharus terjadi penundaan gaji. Bila Indonesia butuh Luis Milla, sudah seharusnya penawaran kontrak baru diajukan jauh-jauh hari.
Medan pertempuran sudah di depan mata. Bila penawaran upah kerja kepada Luis Milla ternyata lebih kecil daripada kontrak sebelumnya, masuk akal bila ia enggan datang ke Indonesia. Apalagi bila gaji 2 bulan itu belum dilunasi.
Skenario alternatif? Waktu sudah sangat singkat dalam membentuk tim untuk memenuhi target juara Piala AFF 2018.
Bima Sakti dengan kepastian mengantongi lisensi A AFC perlu diberikan tandem sepadan. Mungkinkah muncul rekan sesama lulusan timnas era Primavera?
(Rekaman Lensa Latihan Timnas U-19 Jelang Turnamen Segitiga)
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar