Masih jelas dalam ingatan ketika Julen Lopetegui harus meninggalkan posnya sebagai pelatih timnas Spanyol pada 13 Juni 2018 atau hanya dua hari sebelum La Furia Roja melakukan laga pertama di Piala Dunia 2018 melawan Portugal.
Julen Lopetegui dipecat oleh Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol akibat media-media Negeri Matador membocorkan salah satu rahasia terbesar abad ini: Julen Lopetegui dipilih Real Madrid menjadi pelatih, menggantikan Zinedine Zidane.
Padahal, Julen Lopetegui menjalani 20 laga bersama timnas Spanyol tanpa terkalahkan.
Hal itu memunculkan La Furia Roja sebagai salah satu kandidat juara di Rusia.
Saya termasuk salah satu pendukung timnas Spanyol saat itu dan alangkah kecewanya ketika Julen Lopetegui harus pergi dan digantikan oleh Fernando Hierro.
Saya sangat yakin timnas Spanyol akan bisa tampil gemilang di Piala Dunia 2018 seandainya masih ditangani oleh Lopetegui, tidak terhenti di babak 16 besar.
Untuk catatan, saya tidak membenci Real Madrid. Biasa saja.
Tetapi, pada saat Lopetegui dipecat timnas Spanyol dan juga kini oleh Real Madrid, saya jadi tidak menyukai klub tersebut, juga terhadap presidennya, Florentino Perez.
Ternyata saya tidak sendirian. Menurut artikel di New York Times, banyak yang mencela Florentino Perez gara-gara ia hanya mementingkan Real Madrid dibandingkan kepentingan nasional.
Kini Lopetegui dipecat oleh Real Madrid, hanya satu hari setelah klub itu dipermak habis-habisan oleh rival abadinya, Barcelona, di Camp Nou pada 28 Oktober 2018. Real Madrid hancur 1-5.
Julen Lopetegui harus kehilangan pekerjaannya tiga kali secara beruntun.
Yang pertama, pelatih yang kini berusia 52 tahun itu dipecat FC Porto pada 7 Januari 2016 setelah bekerja selama 20 bulan.
Kemudian dia dipecat dari tugas sebagai pelatih timnas Spanyol pada 13 Juni 2018.
Berikutnya dipecat Real Madrid pada 29 Oktober 2018. Sungguh, Lopetegui bernasib sangat sial.
Julen Lopetegui ternyata tidak disukai oleh Florentino Perez.
Gara-garanya, Lopetegui tidak memasukkan nama pemain Brasil berusia 18 tahun yang dibeli pada musim panas 2018, Vinicius. Sang pemain hanya diletakkan di Real Madrid B.
Vinicius ikut ke Camp Nou untuk laga el clasico, namun namanya tidak masuk dalam skuat, baik untuk cadangan apalagi starting XI.
(Baca Juga: 7 Hari Terpenting Julen Lopetegui di Real Madrid)
Namun, sesungguhnya Perez pun juga punya kesalahan. Ia melepas Cristiano Ronaldo ke Juventus.
Ayah Lopetegui, Jose Antonio Lopetegui, lantas mengatakan bahwa putranya “dirampok 50 gol” dengan perginya Ronaldo dari Real Madrid.
Setelah Zinedine Zidane pergi, Florentino Perez tidak punya pilihan lain.
Banyak pelatih yang menjadi incaran. Mauricio Pochettino, Massimiliano Allegri, Juergen Klopp, plus sederet nama lain.
Namun, tidak ada satu pun yang mau menggantikan Zidane.
Memang bukan tugas enteng untuk meneruskan tugas Zidane, yang bisa mempersembahkan tiga trofi Liga Champions tiga kali secara beruntun.
(Baca Juga: Selalu Berakhir Dipecat, Julen Lopetegui Bukan Pelatih untuk Klub)
Akan tetapi, sekali lagi, Perez tidak punya pilihan lain. Hanya Lopetegui yang tersedia.
Skenario awal adalah menunggu hingga Piala Dunia 2018 kelar, barulah Julen Lopetegui pindah ke Real Madrid.
Karena itulah, Madrid bermaksud untuk merahasiakan fakta itu, sampai tugas Lopetegui di Piala Dunia 2018 selesai.
Sekarang, setelah Lopetegui pergi, Perez jadi seperti kena batunya.
Antonio Conte, eks manajer Chelsea, menghentikan negosiasi untuk boyongan ke Kota Madrid.
Artinya, Florentino Perez masih harus mencari orang yang mau menggantikan Lopetegui.
Bahkan jika Conte mau ke Santiago Bernabeu pun, bukan berarti ia akan diterima oleh para pemain Real Madrid.
Antonio Conte dikenal sebagai pelatih mano dura, istilah orang Spanyol untuk tangan besi.
Angka Sial di Balik Derita Bertubi-tubi Real Madrid https://t.co/yH5AV7T6au
— BolaSport.com (@BolaSportcom) October 31, 2018
Para pemain Madrid sudah terbiasa dengan pelatih yang kalem, macam Zinedine Zidane, Vicente del Bosque, dan Carlo Ancelotti.
Hal itu diutarakan oleh kapten Real Madrid, Sergio Ramos, secara gamblang.
“Kami pernah sukses dengan beberapa pelatih yang namanya tak perlu disebut, tapi semua tahu. Kadang, pelatih yang paham bagaimana caranya mengatur ruang ganti lebih penting ketimbang mereka yang punya keahlian teknis,” kata Sergio Ramos.
Santiago Solari, si pelatih sementara, punya tugas sampai pelatih permanen ditemukan.
Sebelum naik ke tim senior, ia juga pernah menjadi pelatih Real Madrid Castilla seperti Zidane.
(Baca Juga: Jadi Pelatih Real Madrid, Santiago Solari Menolak Disamakan dengan Zinedine Zidane)
Solari memang bukan Zidane, tapi bisa jadi pelatih berusia 42 tahun itu akan sukses juga bersama Real Madrid.
Klub itu biasanya bisa meraih trofi bersama pelatih non-Spanyol sementara Solari orang Argentina.
Ia menjadi pelatih pertama Argentina untuk Real Madrid sejak Jorge Valdano pada periode 1 Juli 1994 hingga 21 Januari 1996.
Ketika itu, Valdano bisa membawa Madrid menjadi juara La Liga pada 1994-1995.
Tentu saja, Solari bisa membuktikan diri hanya kalau dipercaya sebagai pelatih permanen, bukan caretaker.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | guardian.com, nytimes.com |
Komentar