"Ceritanya itu, tahu-tahu petasan itu lewat di depan muka anak saya Haikal," ujar Nurhasan, Ayah Mertua Catur.
Dilansir BolaSport.com dari Kompas, Nurhasan mengatakan petasan itu pun mengarah ke Taufik yang duduk di samping Haikal.
Namun, Catur langsung mendorong Taufik agar tidak terkena petasan itu hingga akhirnya mengenai pelipis kiri Catur.
"Awalnya petasan itu akan mengenai Taufik, tetapi didorong (oleh Catur) dan kena kepalanya," kata Nurhasan.
Meski pelaku yang menyalakan petasan telah ditangkap pihak kepolisian, hal itu tidak akan pernah bisa mengobati rasa sakit di hati ibu Catur Juliantono yang pada hari pemakaman Catur terus menerus menangis dan memeluk batu nisannya.
Sudah saatnya sepak bola Indonesia berbenah. Tak hanya di atas lapangan hijau, juga di dalam dan di luar stadion.
Agar kisah-kisah kepergian pahlawan yang hanya ingin mendukung sepak bola Indonesia dengan sepenuh hati tak akan terulang lagi.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | BolaSport.com, kompas.com |
Komentar