Lalu, apa yang menyebabkan wabah obesitas? Jawabannya adalah karbohidrat olahan. Misalnya, gula dan biji-bijian yang diproses, seperti nasi putih, roti, yang dapat ditemukan di banyak konsep diet.
Selama ini kita menghabiskan banyak waktu untuk "menangkap" lemak sebagai pemicu kegemukan.
"Kita harus melupakan paradigma 'rendah lemak'. Beberapa makanan dengan lemak tinggi, seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun, merupakan makanan sehat yang bisa kita makan," kata Ludwig.
Karbohidrat olahan menyebabkan peningkatan insulin. Sederhananya, saat kita makan banyak karbohidrat olahan, misalnya sebungkus biskuit, dalam tubuh kadar insulin melonjak dan akan memicu sel lemak untuk menyerap kalori.
Tapi, tidak ada kalori dan gizi yang cukup dalam biskuit itu untuk menyediakan energi yang dibutuhkan tubuh.
(Baca Juga: Indonesia Master 2018 - 'Istora Tidak Angker bagi Atlet Bulu Tangkis Indonesia')
Otak kita kemudian mengirim sinyal rasa lapar untuk merespons hal tersebut yang akhirnya juga memperlambat metabolisme tubuh sehingga kemudian membuat kita ingin lebih banyak makan.
Menurutnya, daripada menghitung kalori, lebih baik fokus pada kualitas makanan yang dikonsumsi.
"Kalau kita hanya mencoba makan lebih sedikit dan lebih banyak olahraga, kita tak akan mencapai tujuan," kata Ludwig.
Hanya fokus pada kalori akan menyesatkan dan berpotensi membahayakan tubuh karena kita mengabaikan bagaimana jumlah kalori berdampak pada hormon dan metabolisme. Kita pun jadinya sulit menjalankan pola makan yang sehat.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar