Setelah 14 hari melakukan diet ketat, tahap selanjutnya adalah “tahap stabilisasi”.
Tahap ini dimaksudkan untuk mencegah berat badan kembali seperti semula.
Biasanya, fase ini akan berlangsung selama satu minggu untuk setiap penurunan satu kilogram berat badan.
Beberapa pihak yang mendukung metode ini berpendapat bahwa diet thonon merupakan solusi terbaik untuk menurunkan berat badan dengan cepat.
Namun pihak yang kontra ataupun masih ragu-ragu berkata sebaliknya.
Menurut Samantha Rigoli, seorang ahli gizi di Healthy to The Core New York City, secara teori menu makanan yang monoton akan sulit dilakukan dalam jangka panjang.
Mungkin kita akan mengalami penurunan berat badan di awal program diet, tapi untuk mempertahankan berat badan tersebut bukanlah yang hal mudah.
Apabila bila kita tidak bisa mempertahankan pola makan tersebut, diet Thonon akan sulit dijaga dalam jangka panjang sehingga pada akhirnya berat badan akan kembali seperti semula.
Selain itu, diet Thonon juga dinilai tidak sehat karena hanya mengandalkan asupan tinggi protein, tapi rendah kalori.
Sejumlah penelitian melaporkan bahwa pola makan tinggi protein dan serat membuat seseorang cenderung mengalami sembelit, meski pada akhirnya diet ini berhasil menurunkan berat badan dalam waktu cepat.
Pola diet Thonon juga tidak direkomendasikan untuk dilakukan anak-anak, orang tua, ibu hamil, orang yang punya penyakit jantung, pengidap gangguan ginjal, orang hipertensi, serta orang-orang yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Sebagai gantinya, jika ingin menurunkan berat badan cobalah melakukan cara yang sehat. Ia merekomendasikan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan mengganti makanan olahan dengan makanan dengan kandungan gizi yang lebih beragam.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar