TWITTER.COM/ARSENAL
Aksi penyerang Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang, pada laga kontra Tottenham Hotspur di Stadion Emirates, Minggu (2/12/2018).
Eric Dier menyamakan kedudukan melalui sundulan memanfaatkan tendangan bebas Christian Eriksen pada menit ke-30.
Tottenham Hotspur membalikkan keadaan dalam empat menit setelah Harry Kane mencetak gol dari titik putih.
Hingga wasit meniup peluit akhir babak pertama, skor 2-1 untuk keunggulan Tottenham Hotspur tak berubah.
Arsenal 1-2 Tottenham Hotspur (Pierre-Emerick Aubameyang 10'-pen/ Eric Dier 30', Harry Kane 34'-pen)
SUSUNAN PEMAIN
Arsenal (5-4-1): 19-Bernd Leno; 2-Hector Bellerin, 5-Sokratis, 20-Shkodran Mustafi, 16-Rob Holding, 31-Sead Kolasinac; 17-Alex Iwobi, 34-Granit Xhaka, 11-Lucas Torreira, 7-Henrikh Mkhitaryan; 14-Pierre-Emerick Aubameyang
Pelatih: Unai Emery
Tottenham Hotspur (4-2-3-1): 1-Hugo Lloris; 24-Serge Aurier, 21-Juan Foyth, 5-Jan Vertonghen, 33-Ben Davies; 15-Eric Dier, 17-Moussa Sissoko; 23-Christian Eriksen, 20-Dele Alli, 7-Son Heung-min; 10-Harry Kane
Pelatih: Mauricio Pochettino
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on
Komentar