Hal tersebut terjadi setelah Richarlison melewati daerah terlarang yang diberlakukan oleh geng pengedar Narkoba karena ingin bermain sepak bola.
Sosok Terdekat Halangi Mimpi Eden Hazard Menjadi Cristiano Ronaldo Baru https://t.co/muMCgZ2Ywn
— BolaSport.com (@BolaSportcom) 23 Juli 2018
Meski di Nova Venecica kartel Narkoba menjanjikan kehidupan yang layak, tapi Richarlison enggan masuk kedalam bisnis tersebut.
Pria 21 tahun ini lebih memilih bekerja sebagai penjual es krim di kampung halamannya tersebut sembari bermain sepak bola.
"Mayoritas teman saya pergi untuk menjual narkoba di jalanan karena dari situ mereka menghasilkan banyak uang, tapi saya tahu itu salah, jadi saya menjual cokelat dan es krim serta mencuci mobil karena saya tahu itu pekerjaan yang tepat untuk membantu ibuku," ujarnya.
"Teman-teman saya selalu mengatakan kepada saya, ayo kemarilah, jangan menjadi gadis kecil kemarilah dan merokok bersama kami lalu menjual narkoba bersama-sama, Anda bisa menghasilkan lebih banyak uang," ujar Richarlison.
(Baca Juga : BREAKING NEWS - Angkut Talenta Brasil, Everton Resmi Pecahkan Rekor Transfer)
Keteguhan hati Richarlison di sepak bola akhirnya membuahkan hasil meskipun sang penyerang sempat tak memiliki klub hingga usia 17 tahun.
Klub divisi dua Brasil, America Mineiro tertarik memberi kontrak dan saat itulah untuk pertama kalinya dirinya membeli sepatu sepak bola.
Sejak saat itu karier Richarlison berkembang cukup pesat dan kemudian hijrah ke klub besar Brasil Fluminense.
Ketika di Fluminense inilah bakatnya tercium oleh Marcos Silva yang kala itu melatih Watford dan membawanya ke Inggris dengan nilai transfer 11 juta pound.
Editor | : | Kautsar Restu Yuda |
Sumber | : | Dailymail.co.uk |
Komentar