“Tergantung dari cederanya, kalau masih ringan kami pakai alternatif dengan kompres atau urut. Tapi, jika rekomendasi dokter bilang parah, barulah kami lakukan secara medis. Fisio dan tukang urut sama saja, fisio itu lebih menggunakan sains dan alatalat, sementara tukang urut itu meraba-raba keluhan kita,” tutur Erwan.
Fisioterapis berlisensi
Beberapa klub di Liga 1 memang masih belum memiliki fisioterapis berlisensi.
Hal tersebut lantaran memang tidak ada aturan khusus yang mewajibkan klub memiliki fisioterapis berlisensi.
“Setiap klub memang harus punya fisioterapis. Tapi, tidak mewajibkan fisioterapis yang berlisensi atau dari sarjana,” ujar Bento Madubun, media officer Persipura.
Walhasil, setiap klub di Liga 1 kini memiliki setidaknya satu fisioterapi. Padahal, jumlah tersebut dirasa kurang sebab tugas yang diemban begitu banyak, apalagi jika pemain yang cedera banyak.
“Bayangkan saja jika ada pemain yang cedera di mes, sementara di waktu yang sama saya harus ikut tim ke laga tandang. Jadi, satu fisio saja saya rasa kurang cukup. Idealnya harus ada 2-4 fisio per tim,” ujar Erwin.
Editor | : | Anju Christian Silaban |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar