Petenis legendaris Thailand Tamarine Tanasugarn berbicara soal keadaan tenis di Indonesia.
Tenis Indonesia boleh disebut sedang terpuruk. Minimnya atlet berkualitas dan seretnya prestasi di kancah internasional adalah buktinya. Bahkan boleh dikatakan tenis Indonesia sedang mati suri.
Pencapaian di SEA Games 2017 adalah contoh telak meredupnya tenis di Tanah Air. Sebagai salah satu negara Asia Tenggara yang kerap merajalela dalam perolehan medali emas, Indonesia cuma bisa membawa pulang satu keping dari lima medali emas yang diperebutkan.
Empat medali sisanya sukses disikat oleh Thailand, yang notabene secara umum memiliki prestasi olahraga yang lebih baik dari Indonesia. Thailand memang memiliki sederet pemain yang cukup diperhitungkan di kancah dunia.
Namun, hal ini disanggah oleh Tamarine Tanasugarn, legenda hidup tenis putri Thailand.
Petenis yang dikenal sebagai salah satu rival berat Yayuk Basuki di tahun 90-an itu menuturkan, tenis Indonesia sebetulnya tidak terlalu buruk.
"Kalau dibilang tenis Thailand jauh lebih baik dari Indonesia, sebetulnya tidak juga. Indonesia punya pemain-pemain tunggal putra yang lebih baik ketimbang Thailand. Kami hanya kuat di sektor putri. Jadi sebenarnya, Indonesia tidak tertinggal sejauh itu," kata Tamarine saat ditemui di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (14/9) seperti dikutip Bolasport.com dari Wartakota.
Kurang populernya tenis di Indonesia, kata Tamarine, harusnya juga tidak menjadi halangan bagi Indonesia dalam memajukan tenis. Pasalnya, hal yang sama pun terjadi di Thailand.
"Tenis hanya dimainkan oleh sekelompok kecil orang saja di Thailand. Tetapi kami tetap didukung oleh sponsor dan para fans loyal yang jumlahnya cukup banyak, " katanya.
Menurut Tamarine, kesuksesan Thailand dalam memajukan tenis mereka juga tidak mendapat campur tangan banyak dari pemerintah.
Para atletnya lebih banyak berusaha secara mandiri dalam mencari sponsor dan menggembleng diri agar bisa berangkat dan bersaing ke turnamen-turnamen kelas dunia.
Beberapa nama besar di era sekarang seperti Luksika Kumkhum, Nicha Lerpitaksinchai, serta pasangan kembar Sanchai Ratiwatana dan Sonchat Ratiwatana, menurut Tamarine, melakukan hal tersebut.
"Semua balik lagi ke keseriusan pemainnya, berikut dukungan dari keluarga dan seluruh elemen lain yang bisa menyokong performa si atlet. Indonesia mungkin bisa lebih baik lagi kalau keseriusan seperti itu lebih ditekankan lagi, " kata Tamarine.
Tamarine sendiri datang ke Jakarta untuk menjalani sesi coaching clinic bersama Yayuk Basuki. Keduanya memberikan pelatihan kepada total 30 anak kecil yang memiliki ketertarikan pada tenis.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | wartakota.tribunnews.com |
Komentar