Saat ini olahraga lari merupakan olahraga yang paling digemari oleh orang-orang. Hal ini tergolong wajar karena lari merupakan olahraga yang paling murah dan mudah untuk dilakukan. Penulis: Lutfy Mairizal Putra
Akan tetapi, apakah lari memiliki dampak positif untuk tubuh?
Ahli nutrisi dr Samuel Oetoro mengatakan, berlari dapat memberikan dampak buruk bagi kondisi tubuh bila dilakukan secara berlebihan.
Oetoro menuturkan, tubuh memiliki atom dan bersifat reaktif. Atom terdiri dari inti atom dan elektron, sedangkan elektron tersusun dari atom positif dan negatif.
Kehilangan salah satunya, baik negatif atau positif, akan mengubah elektron menjadi radikal bebas. Elektron yang kehilangan pasangannya ini kemudian akan mengambil bagian atom lain dari sel sehat.
Karena aktivitas berlebihan ini pada akhirnya lari malah memberikan efek negatif pada tubuh.
(Baca Juga: Ulangi Memori 1958, Italia Gagal Lolos ke Piala Dunia)
“Itu terjadi kalau aktivitas berlebihan dan intensitas tinggi seperti olahraga lari. Makanya banyak sekarang atlet sepak bola meninggal di lapangan karena radikal bebasnya tidak ditangkal dengan antioksidan. Padahal, atlet latihannya sudah berlebihan,” kata Oetoro seperti dikutip Bolasport.com dari Kompas.com.
Menurut Oetoro, para atlet rentan terhadap serangan jantung karena intensitas latihannya, dan untuk mengatasinya, mereka perlu diberikan suplemen antioksidan untuk menangkal radikal bebas.
Bahkan Oetoro menganjurkan pada orang awam untuk tidak menjadikan lari sebagai olahraga utama.
Dia berkata bahwa olahraga alternatif yang dapat dilakukan adalah jogging atau berjalan.
“( Lari buat amal) ya jangan. Buat amal malah terjadi sesuatu. Jalan saja. Kalau ikut 10 kilometer, jalan cepat. Jogging kan pelan. Kalau punya target satu jam 10 kilometer saja, itu sudah berlebihan,” katanya.
(Baca Juga: Italia Gagal Lolos Piala Dunia, 3 Pemain Nyatakan Pensiun, Buffon Salah Satunya)
Penyakit yang timbul akibat radikal bebas memang tak dapat langsung dirasakan. Efeknya akan terasa dalam jangka panjang. Hal ini, misalnya, dirasakan oleh salah satu pasien Oetoro yang berumur 39 tahun.
Sang pasien datang dengan keluhan sakit pada dada dan kemungkinan mengalami penyumbatan jantung. Lututnya juga tak bergerak dengan nyaman.
Saat ditanya, pasien itu mengatakan selalu berlari di pinggir pantai setiap hari.
“Dia bilang, ‘Saya olahraga rajin, tapi kenapa justru kena serangan jantung dan kena lutut sakit?’ Itu karena berlebihan,"
Menurutnya jogging dengan waktu setengah jam sudah cukup.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar