Petenis profesional asal Swiss, Roger Federer, ternyata memiliki masa lalu yang tidak biasa saat muda.
Saat masih belia, Federer pernah dibawa ke psikolog karena memiliki gangguan tidak bisa mengontrol emosi.
Federer remaja adalah sosok yang tidak mudah mengendalikan kemarahan.
Hal yang justru terlihat berbanding terbalik dengan Federer dewasa yang terkenal dengan sikap kalemnya baik di luar atau di dalam lapangan.
(Baca Juga:Hong Kong Open 2017 - Berry/Hardianto Susul Marcus/Kevin ke Babak Kedua)
"Ada saat ketika saya melempar raket setelah pertandingan karena tidak bisa mengendalikan kemarahan," kata peraih 19 gelar Grand Slam tersebut saat mengenang dirinya ketika berusia 16 tahun dikutip BolaSport.com dari Express.
"Pada usia 17 tahun, keluarga memutuskan saya harus pergi ke psikolog karena saya terlalu sering marah-marah di lapangan," ujar Federer.
Setelah menemui psikolog, petenis berusia 36 tahun itu mulai menunjukkan perkembangan yang lebih baik.
"Setelah kejadian itu, setiap kali mendapat tekanan, saya memikirkan usaha keras yang telah saya lakukan untuk mencapai tujuan saya sekarang," kata Federer menjelaskan.
Hal tidak terduga lainnya juga dilakukan Federer di tahun 2004.
(Baca Juga:Link Live Streaming Hari Kedua Hong Kong Open 2017)
"Usai mampu mengontrol kemarahan, saya yang saat itu menjadi petenis nomor satu untuk pertama kalinya memutuskan berhenti merokok."
Bagi Federer, kisahnya di masa lalu selalu memberi motivasi untuk melakukan yang terbaik dalam setiap pertandingan.
"Saya adalah tipikal orang yang terlihat menangis baik setelah mendapat kemenangan atau kekalahan penting. Hal itu bukan karena apa-apa, saya hanya melakukan usaha tentang pengorbanan di masa lalu hingga bisa seperti sekarang ini," ucap Federer.
Editor | : | Ignatius Wijayatmo |
Sumber | : | express.co.uk |
Komentar