Selain faktor non-teknis, Greysia juga mengungkapkan bahwa pertahanan lawan memang tak mudah ditembus, tenaga lawan pun kuat.
Shuttlecock berat yang digunakan di turnamen ini dinilai Greysia cocok untuk pasangan Bulgaria tersebut.
"Mereka kuat, safe, apalagi dengan bola kayak gini mereka seneng banget, kekuatan mereka keluar semua. Tapi, kami juga latihan kayak gini, sama kok, jadi ini bukan alasan secara teknik, memang dari pikiran dan mental saja, kami tidak siap di situ," ujar Greysia.
Sementara itu, Apriyani mengakui dirinya belum dapat menemukan solusi dalam mengatasi tekanan di lapangan.
Apalagi, di turnamen bergengsi sekelas All England, turnamen tertua di dunia yang kini menyandang predikat BWF World Tour Super 1000.
(Baca juga: All England Open 2018 - Pelatih Lee Chong Wei Khawatirkan Aturan Servis Baru dari BWF
"Dari persiapan, kalah di pikiran. Memang beda rasanya kalau posisi seperti ini. Saya belum bisa keluar dari tekanan, beda sama di awal-awal. Dari segi itu sih," kata Apriyani.
Mengomentari soal aturan servis, Greysia/Apriyani tak banyak mengalami kesulitan soal itu dalam pertandingan kali ini.
Di lain pihak, Stoeva bersaudara tidak menyangka bisa mengalahkan Greysia/Apriyani.
"Kami tahu mereka tengah bagus prestasinya. Kami sering melihat penampilan mereka di beberapa turnamen. Kelebihan mereka adalah pertahanan yang rapat, serangan pun bagus. Jadi, tadi kami berusaha supaya shuttlecock masuk dulu, dan intinya kami menikmati pertandingan," tutur Stefani.
Pasangan ganda putri Indonesia lainnya, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta melaju ke babak kedua setelah mengalahkan Chan Ye Na/Kim Hye Rin (Korea Selatan) 22-20, 18-21, 21-17.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar