Mereka melakukan olahraga gulat tidak semata-mata untuk sport, juga tidak sebagai profesionil tetapi untuk kedua-duanya, yaitu untuk mencari tambahan penghasilan sambil berolahraga.
Dari pegulat-pegulat tersebut tadi Zonderlah yang amat tenar namanya. la adalah seorang buruh bengkel kereta-api di Manggarai, Jatinegara. Namanya sehari-hari ialah : Enang. la memilih nama “Zonder" karena menurut penuturannya ia belajar gulat “zonder” guru yang berarti tanpa guru.
Di sekitar tahun 1951 ia masih kelihatan sebagai sopir opelet di Jatinegara.
Dalam Indonesia Merdeka ini kita dilarang sekali melihat adanya pertandingan adu gulat. Ini tidak berarti bahwa olahraga adu gulat tidak mendapat tempat di hati rakyat.
Sebaliknya adalah yang benar. Kalau kita sekarang jarang mendapat kesempatan melihat pertandingan adu gulat, itu disebabkan pegulat-pegulat kita adalah pegulat amatir.
Tetapi di dalam pesta olahraga seperti Asian Games dan Ganefo cabang olahrag adu gulat selalu turut dipertandingkan.
Pada tahun 1962 di Jakarta telah diselenggarakan pesta olahraga Internasional Asian Games IV. Untuk memperingati peristiwa tersebut Jawatan Pos telah menerbitkan satu seri perangko dengan tema olahraga yang terdiri dari 24 buah.
Satu di antaranya bergambarkan seorang pegulat yang hendak merebahkan lawannya yang bertahan dalam posisi rendah.
Sebuah keterangan bertuliskan: Asian Games IV Jakarta 1962. Di sudut-sudut atas kanan ada tercantum lambang Asian Games.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | intisari |
Komentar