Saat pertandingan gulat di Asian Games digambarkan dalam perangko berseri.
Intisari-Online.com – Pada tahun 1928 di Yogyakarta telah dikenal seorang pegulat dengan nama samaran: Motoco. Semula ia adalah seorang pegawai toko, tetapi kemudian menggabungkan diri dalam rombongan sirkus luar negeri.
Nama aslinja ialah: Amat. Kata-kata “Amat" dan “toko" ia bentuk menjadi nama sandi: “Matoko" yang kemudian diselaraskan dengan lingkungan pekerjaannja menjadi : Motoco.
Ia bergulat di Yogya hanja bila sirkusnya kebetulan main di Yogya dan itupun jika ada Panitia yang menyelenggarakannya.
Pertunjukan pertandingan gulat yang penjelenggaraannya lebih tertentu, kita ketahui di Bandung di sekitar tahun 1930. Hampir setiap minggu kita dapat menjaksikan pertandingan adu gulat.
Baca juga: Masih Muda dan Tidak Diunggulkan, Namun Lanny Kaligis Menjadi Ratu Gelanggang Tenis Asian Games
Pada waktu itu istilah “gulat” beIum kita kenal. Yang lazim kita sebut ialah: Worstelen, bahasa Belanda.
Pertandingan dilangsungkan di lapangan bioskop terbuka, dahulu dikenal dengan nama pistren oleh karena di waktu itu kita belum mempunyai atau gedung olahraga.
Pegulat-pegulat yang diadukan mula-mula berasal dari garnizoen Cimahi, yaitu serdadu. Tetapi lambat-laun orang-orang diluar garnisun banyak pula yang mendjadi “worstelaar".
Nama-nama yang tidak asing lagi bagi penduduk Bandung diwaktu itu ialah diantaranya: Tumbel, Kedok Hitam, Pedro, Nero, Zorro, Bajag, Miliu, Matador, dan Zander. Nama-nama tersebut kebanyakan berasal dari nama-nama tokoh film, yang pada waktu Itu sedang menjadi buah bibir.
Mereka melakukan olahraga gulat tidak semata-mata untuk sport, juga tidak sebagai profesionil tetapi untuk kedua-duanya, yaitu untuk mencari tambahan penghasilan sambil berolahraga.
Dari pegulat-pegulat tersebut tadi Zonderlah yang amat tenar namanya. la adalah seorang buruh bengkel kereta-api di Manggarai, Jatinegara. Namanya sehari-hari ialah : Enang. la memilih nama “Zonder" karena menurut penuturannya ia belajar gulat “zonder” guru yang berarti tanpa guru.
Di sekitar tahun 1951 ia masih kelihatan sebagai sopir opelet di Jatinegara.
Dalam Indonesia Merdeka ini kita dilarang sekali melihat adanya pertandingan adu gulat. Ini tidak berarti bahwa olahraga adu gulat tidak mendapat tempat di hati rakyat.
Sebaliknya adalah yang benar. Kalau kita sekarang jarang mendapat kesempatan melihat pertandingan adu gulat, itu disebabkan pegulat-pegulat kita adalah pegulat amatir.
Tetapi di dalam pesta olahraga seperti Asian Games dan Ganefo cabang olahrag adu gulat selalu turut dipertandingkan.
Pada tahun 1962 di Jakarta telah diselenggarakan pesta olahraga Internasional Asian Games IV. Untuk memperingati peristiwa tersebut Jawatan Pos telah menerbitkan satu seri perangko dengan tema olahraga yang terdiri dari 24 buah.
Satu di antaranya bergambarkan seorang pegulat yang hendak merebahkan lawannya yang bertahan dalam posisi rendah.
Sebuah keterangan bertuliskan: Asian Games IV Jakarta 1962. Di sudut-sudut atas kanan ada tercantum lambang Asian Games.
Baca juga: Dulu Dianggap Hanya Buat Pesolek, Kini Sepeda Dibalapkan dalam Asian Games 2018
Di luar negeri perangko dengan motif adu gulat sudah banyak dikeluarkan. Diantaranya dapat kita sebut.
Untuk memperingati pertandingan kejuaraan gulat seluruh Eropa yang ke-5, pada tahun 1949 Turki telah mengedarkan 4 buah perangko seri gulat, masing-masing dengan harga, warna, dan gambar: 15 kurus, jingga, saling memegang lawannya; 20 kurus, biru, menjungkirkan lawannya; 30 kurus, sawo matang, pergulatan rendah di atas kampas; 60 kurus, hijau, pergulatan dalam sikap berdiri.
Perangko seri sport yang terdiri dari 4 buah telah diterbitkan oleh Swedia pada tahun 1953. Sebuah diantaranya dengan tema gulat yang berharga 1 k 40 dan berwarna jingga, memperlihatkan gambar seorang pemain yang berusaha hendak merebahkan lawannya.
Untuk mengabdikan perebutan kejuaraan gulat sedunia, maka pada tahun 1958 Jawatan Pos Iran telah menerbitkan sebuah perangko peringatan dengan motif cabang olahraga gulat.
Perangko dilukis dalam tata warna dan bergambarkan seorang pegulat yang sedang mengangkat lawannya berdiri di tas bola dunia dengan bendera di latar belakang.
Sebuah keterangan tertulis dalam bahasa Arab dan perangko diberi harga 6 $.
Pada tahun 1959 di Vietnam Utara telah diedarkan 3 buah perangko dari seri sport. Sebuah diantaranya berlukiskan 2 pemain yang sedang bergulat rendah di atas kampas. Perangko berharga 12 xu dalam warna jingga dan sawo matang.
Untuk mengabdikan permainan Olympiade di Roma pada tahun 1960, Jawatan Pos Dominica telah mengeluarkan 5 jenis perangko dari seri olahraga. Tiap perangko memuat gambar salah satu juara dari Olimpiade di Melbourne dalam tahun 1956.
Sebuah perangko yang berharga 1 c dan berwarna hijau tua dan hijau muda, bergambarkan juara gulat Gholam Takhri dari Iran, sedang menekan lawannya ke kampas.
Baca juga: Inilah Senjata yang Telah Mencetak Para Pahlawan Dunia dan Atlet Kelas Internasional di Asian Games
Pada latar belakang terlihat para penonton. Selanjutnya perangko memuat gambar lambang Olimpiade dan bendera Iran dalam warna aslinya.
Juga untuk memperingati Olimpiade Roma, Maroko pada tahun 1960 telah mengedarkan perangko seri sport yang terdiri dari 8 buah. Sebab diantaranya berlukiskan seorang pegulat yang sedang membanting lawannya.
Perangko berwarna biru, hijau, dan sawo matang dengan harga 5 £. Lima lingkaran lambang Olimpiade dan sebuah keterangan “Jeux Olympiques Rome 1960”, melengkapi lukisan perangko. Sebuah keterangan yang sama bertuliskan pula dalam bahasa Arab.
Masih untuk mengenangkan pesta olahraga Olimpiade di Roma, telah diterbitkan 3 buah perangko peringatan di Libanon. Sebuah diantaranya bergambarkan 2 pegulat dalam sikap saling menunggu kelenaan.
Perangko berwarna biru dan sawo matang dengan harga 2 pi 50 dibubuhi dengan harga tambahan sejumlah yang sama. Sebagai keterangan ada tertulis XVII Olympiade.
Untuk memajukan kepariwisataan yang berkenaan dengan terselenggaranya Olimpiade XVIII yang diselenggarakan di Tokyo dari tanggal 10 s.d 25 Oktober 1964, maka Afganistan pada tanggal 26 Juli 1964 menerbitkan satu serin Olimpiade yang terdiri dari 4 buah perangko, masing-masing dengan gambar salah satu cabang olahraga.
Sebuah diantaranya bertemakan adu gulat dengan warna hijau kuning dan hitam merah. Perangko bergambarkan seorang pemain yang sedang “dikunci” oleh lawannya dan 5 lingkaran lambag Olimpiade.
Harga 3,75 ol dengan keterangan dalam huruf Arab dan huruf Latin yang berbunyi: Postes Afghanes.
Di dalam dunia gulat kita mengenal 2 jenis gaya: gaya Yunani/Romawi dan gaya bebas. Pada garis besarnya peraturan kedua gaya tadi adalah sebagai berikut:
Gaya Yunani/Romawi: yang boleh dipegang hanya bagian badan dari pinggang ke atas; kaki tidak boleh digunakan untuk menyerang atau mempertahankan diri.
Gaya bebas: untuk merebahkan lawan tangan boleh dipergunakan dengan leluasa selain beberapa larangan.
Bagi kedua gaya pemain yang dianggap sebagai pemenang ialah ia yang dapat menekan kedua belah bahu lawan sehingga mengenai kampas. Dapat diterangkan bahwa pertandingan gulat dilakukan di atas kampas, sebangsa kasur.
Untuk menjaga supaya pertandingan tidak berat sebelah, maka sebelum bertanding kedua pegulat ditimbang badannya. Berat badan tidak boleh terlalu besar selisihnya.
Berhubung dengan berat badan tadi pemain gulat dibagi dalam 3 kelas besar: kelas ringa, kelas sedang, dan kelas berat yang masing-masing dibagi lagi dalam kelas kecil.
(Ditulis oleh Sisdjabari. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1966)
Baca juga: Lepas dari Uni Soviet, 5 Negara Ini Mantap Tampil dalam Asian Games Sejak 1994
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | intisari |
Komentar