Mereka bisa menerima upah hingga 250 dolar AS atau mencapai 3,6 juta rupiah per bulan jika ditotalkan dengan upah lembur.
(Baca juga: Jesse Lingard Susul Marcus Rashford dan Romelu Lukaku Latihan di MU)
Kendati demikian, upah ini masih berada jauh di bawah standar Aliansi Penghasilan Asia, yakni 367 pounsterling atau 6,9 juta rupiah sebulan.
Mereka juga mendapatkan ancaman dari pengawas jika tidak memenuhi target memproduksi 60 bahkan 100 jersey per jam.
"Kami memiliki target yang mustahil untuk dipenuhi dan jika kami tidak mencapai target, kami harus bersumpah dan diteriaki oleh supervisor kami," ujar pekerja dikutip BolaSport.com dari Daily Mail.
(Baca juga: Bukan Hanya Jose Mourinho, Sosok Wanita Ini Juga Berburu Tanda Tangan Toby Alderweireld)
"Setiap pekerja harus memproduksi 60 jersey per jam, terkadang target dinaikkan menjadi 100 jersey per jam. Jika kami tidak bisa memenuhi target, pengawas berteriak, 'Apa yang salah denganmu?'," lanjutnya.
Manchester United's shirt of shame: Football's richest club is charging fans £110 for this season's top while the workers who make them are paid just 64p per hour https://t.co/e6GZPwE3hn
— Chuon Virak (@Virakchuon) August 5, 2018
(Baca juga: Ketika Mino Raiola Jadi Bahan Olok-olok Zlatan Ibrahimovic)
Para pekerja itu merasa sakit hati saat mengetahui jersey Manchester United dibanderol dengan harga mahal.
"Saya tidak tahu bahwa jersey ini dijual dengan begitu mahal. Gaji satu minggu untuk salah satu pemain ini melebihi dari gaji sebulan untuk seluruh karyawan pabrik kami. Itu membuatku sakit," imbuhnya.
Pabrik ini memiliki sekitar 1.100 pekerja dan mayoritas pekerjanya adalah kaum perempuan.
Mereka mulai bekerja pada pukul 7 pagi hingga pukul 4 sore, tetapi banyak yang memilih lembur hingga pukul 6 sore untuk memperoleh upah tambahan.
Editor | : | Ramaditya Domas Hariputro |
Sumber | : | Dailymail.co.uk |
Komentar