"Kita latihan bukan tiga empat hari, kita berlatih sejak sebelum lebaran lanjut lagi setelah lebaran, dan memanage ribuan orang itu bukan hal yang gampang," katanya menambahkan.
(Baca juga: Begini Cara Iko Uwais Ajari Bintang Mile 22 Bela Diri)
"Dari losgistik, transportasi, di lapangan panas-panas, banyak anak kecil, anak SMA, sampai yang berumur 70 tahun, tidak mudah me-manage semuanya," lanjutnya.
Jadi menurutnya tantangan pertama yang harus dihadapi adalah mengatur ribuan orang yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
"Kemudian kedua, secara teknis kita juga banyak tantangan, karena GBK dibangun tahun 1962, kalau kita bicara soal stadion jaman sekarang atapnya bisa menopang 70-100 ton keatas, kalau kita jauh lebih dibawah itu bebanya,"
"Sehingga segala sesuatu tidak bisa digantung diatas, jadi kita harus bisa mengakali secara kreatif bagaimana beban yang harus ada di atap," ujar Wishnutama.
(Baca juga: Kemenangan Timnas U-23 Indonesia Mendapat Sorotan dari Perempuan Ini)
"Contohnya lightening, trs untuk gantung sling, sound, terus projeksion itu tidak ditaruh diatas, tapi idealnya kan harus diatas, itu menjadi tantangan kita sehingga tercetuslah ide gunung tersebut," ucap suami dari Gista Putri ini.
Dari tantangan tersebut ternyata muncul masalah yang harus dapat dihadapi secara kreatif oleh Wishnutama beserta timnya.
Editor | : | Aditya Fahmi Nurwahid |
Sumber | : | Chanel Youtube Good Afternoon Net Tv |
Komentar