Dengan melakukan hal tersebut, akan ada semakin banyak orang yang mengenal dan melakukan olahraga berprestasi itu sejak usia muda.
Imbasnya, diharapkan bermunculan bibit-bibit atlet baru yang bisa diproyeksikan menggantikan atlet-atlet senior sekaligus mendatangkan prestasi di masa depan.
Tetapi, tentu saja akan ada sikap pro dan kontra apabila eSports diperkenalkan ke sekolah, apalagi jika sampai dimasukkan dalam mata pelajaran sehari-hari.
Maklum, masih ada anggapan bahwa bermain game adalah aktivitas yang tidak mendidik dan menghambat prestasi anak-anak di sekolah.
(Baca juga: Tampil di Asian Games 2018, Kucing Ini Jadi Sorotan Media Asing)
“Pasti ada positif dan negatifnya terkait anak-anak sering bermain game,” kata Farhan “Hanss” Akbari, salah satu atlet eSports Indonesia yang berlaga di Asian Games 2018.
“Yang penting sih keseimbangan. Jangan sampai maniak bermain game, diatur waktunya. Kalau anak-anak masih bersekolah, ya saat belajar harus tetap fokus pada pelajaran. Yang penting adalah mengatur porsi kapan bermain game, kapan belajar, kapan bersosialisasi. Kalau hal itu sudah berhasil didapatkan, bermain game akan lebih banyak positifnya,” ucap Hanss lagi.
Hanss tampil di nomor Arena of Valor (AOV) cabang eSport Asian Games 2018 bersama empat atlet lainnya: Glen Kurus Richard, Hartawan Yay WyorZ Muliadi, Ilham Uugajah, dan Muhammad Ahmad.
Pada pertandingan pertama, mereka menghadapi tim Chinese Taipei di BRItama Sports Arena Kelapa Gading, Jakarta.
Andai mampu mengalahkan Chinese Taipei, timnas AOV Indonesia akan bertemu pemenang laga antara Thailand dan China.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar