Apakah electronic sports atau yang lebih akrab disebut eSports bisa disebut sebagai sebuah olahraga?
Sejak kemunculannya sampai sekarang, memang terus beredar kontroversi soal kelayakan eSports mendapatkan sebutan sebagai sebuah olahraga.
Maklum, penggiat eSports dalam melakukan aktivitasnya memang hanya duduk, menatap layar atau monitor, dan cuma jari-jarinya yang aktif bergerak menekan gawai, keyboard, mouse, atau joystick.
Sering kali bahkan tidak perlu berkeringat, kondisi atlet eSports jelas berbeda jauh dari atlet olahraga tradisional, yang dalam banyak disiplin harus menggerakkan hampir semua otot di tubuhnya.
Tidak aneh banyak yang beranggapan eSports bukan sebuah olahraga.
(Baca Juga: Jadwal dan Link Live Streaming Semifinal Sepak Bola Asian Games 2018 - Pembuktian Taji Vietnam sebagai Wakil ASEAN)
Dalam jajak pendapat yang dibuat oleh perusahaan internet UC belum lama ini, pendapat dan pro-kontra serupa juga muncul.
UC melemparkan pertanyaan: "Setujukah jika eSport dikategorikan sebagai cabang olahraga?".
Dari 18.301 pendapat yang masuk, hanya 7.702 yang setuju eSports bisa dikategorikan sebagai olahraga. Sisanyam yaitu 10.599 suara, tidak setuju.
Bahkan dari suara yang tidak setuju itu, ada yang menyebut mengategorikan eSports sebagai olahraga adalah sebuah pembodohan.
Mereka beranggapan melakukan eSports hanya akan membuang-buang waktu.
Sementara yang setuju ada yang menyatakan eSports mirip dengan permainan seperti catur dan kartu yang memerlukan konsentrasi dan strategi dalam mengalahkan lawan.
Pandangan ilmiah terhadap eSports barangkali bisa menjadi salah satu cara untuk mencari jawaban apakah eSports bisa dikategorikan sebagai olahraga.
Profesor Ingo Frobose dari Universitas Olahraga Jerman tahun lalu melakukan penelitian terhadap atlet-atlet eSports.
Dia mengaku terkesan terutama pada kemampuan motorik atlet-atlet eSports.
(Baca juga: Sukses Meraih Emas, Jonatan Christie Dapat Ucapan dari Legenda Bulu Tangkis Indonesia)
"Atlet eSports bisa melakukan lebih dari 400 gerakan di atas keyboard dan mouse per menit. Itu berarti empat kali lebih banyak dari orang biasa. Yang dilakukan atlet eSports adalah asimetrikal karena kedua tangan digerakkan pada waktu yang sama dan berbagai bagian dari otak juga digunakan dalam waktu berbarengan," ujar Frobose.
Level ketegangan yang dialami atlet eSports tidak pernah ditemui di olahraga lain, termasuk tenis meja, yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata tingkat tinggi.
Profesor Ingo Frobose juga menyatakan kerumitan game-game yang dimainkan di eSports menambah tantangan bagi atletnya.
"Di samping kemampuan motorik yang di atas rata-rata, game-game yang dimainkan di eSports membutuhkan pengertian taktik di level yang tinggi agar atlet bisa mengalahkan lawannya."
Para peneliti di Universitas Olahraga Jerman melakukan tes untuk melihat seberapa berat atlet eSports menggunakan pikirannya dengan menguji tingkat stres hormon cortisol.
"Jumlah cortisol yang diproduksi atlet eSports berada di level yang sama dengan seorang pebalap mobil. Ini dikombinasikan dengan detak jantung yang tinggi, terkadang mancapai 160-180 detak per menit. Angka itu hampir sama dengan yang terjadi pada atlet lari maraton. Jadi, dalam opini saya, eSports sama beratnya dengan sebagian besar olahraga lain," kata Frobose lagi.
(Baca Juga: Jamie Vardy Ungkap Rahasia agar Tidak Bosan Mencetak Gol)
Di tengah kontroversi yang tercipta apakah eSports bisa dikategorikan sebagai olahraga atau tidak, yang jelas pengakuan dari entitas olahraga terhadap eSports sekarang sudah semakin banyak.
Saat ini eSports sedang dipertandingkan di ajang olahraga multicabang terbesar di Asia, Asian Games 2018, walaupun masih berstatus cabang olahraga ekshibisi.
Rencananya eSports akan benar-benar memperebutkan medali pada Asian Games 2022.
Di level Olimpiade, status eSports juga terus meningkat.
Komite organisasi untuk Olimpiade Paris 2024 sedang berdiskusi dengan IOC dan berbagai organisasi profesional untuk memasukkan eSports.
Mereka menyatakan perlu memasukkan eSports untuk membuat Olimpiade tetap relevan dengan penonton generasi muda.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar