Hal itu diutarakan oleh penulis tersebut pada sebuah acara yang diselanggarakan oleh Gechiephoria bertajuk Kausa Kridha Surakarta pada Sabtu (1/8/2018).
(Baca juga: Kisah Menarik Pebulu Tangkis Hong Kong, Vincent Wong Wing Ki, dan Pulau Jawa)
"Dari tahun 1940 dan '50-an, banyak bacaan memuat cerita-cerita tentang sepak bola disitu adah tokoh-tokoh dan nama pemain, anak-anak diberikan hak istimewa bermain sepak bola di lapangan yang mereka miliki di desa," kata Bandung Mawardi.
Edukasi pada sejarah menjadi sorotan utama mengapa generasi saat ini tidak banyak yang mengetahui mengenai Arseto Solo.
"Sekarang ini berbeda, jadi kalau kita menanyakan mengapa anak generasi sekarang tidak mengetahui sejarah Arseto Solo, ya karena tidak ada bacaan mengenai hal itu," kata Bandung Mawardi lagi.
"Pengetahuan mereka terhenti di televisi atau main games," imbuhnya.
(Baca juga: James Milner Ungkapkan Alasan Baru Memiliki Akun Media Sosial)
Penulis tersebut juga menyayangkan bahwa anak-anak generasi saat ini lebih memilih mengenal sepak bola luar negeri ketimbang dalam negeri.
Menurut Bandung, mengetahui sepak bola tidak hanya melalui tulisan pada media.
Namun, juga melalui literature yang menuliskan sejarah mengenai sejarah sepak bola tersebut, termasuk sejarah tentang Arseto Solo.
(Baca juga: Tingginya Kebangetan, Yao Ming Harus Menunduk saat Melewati Pintu Hall Basket Senayan)
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar