Tantangan kedua, kata Fahmy, adanya insiden cedera yang Dedeh alami sebelum ia melakoni nomor 200 meter pada Minggu (9/9) di Stadion Universidad de Malaga pukul 13.05 waktu Spanyol.
Cedera yang terletak di area lutut kiri itu membuat Dedeh terpaksa melepaskan peluang medali emas di nomor 200 meter.
"Kami berusaha keras menyembuhkan kondisi Dedeh hanya dalam beberapa hari saja. Pokoknya, kami berpikir bagaimana caranya Dedeh bisa berlari dengan teknik baik, menembus posisi pertama, dan mempertahankan gelar juara dunia 100 meter lari gawang," tuturnya.
Sementara itu, tantangan ketiga adalah durasi waktu yang lama (dua pekan) bagi Dedeh selama di Malaga, Spanyol. Ia sudah berada di Negeri Matador sejak Minggu (2/9), dan itu membuat Fahmy mesti menjaga mental dan kondisi atletnya setiap hari selama dua pekan berada di Spanyol.
"Mempertahankan kebugaran atlet selama dua pekan adalah sesuatu yang sulit. Kami harus terus menjaga kondisi Dedeh hingga pertarungan terakhirnya tadi," ujar Fahmy.
Hal tersebut yang membuat Dedeh tak menembus waktu 13 detik di nomor lari gawang 100 meter. Meski demikian, ia tetap mendapat emas nomor tersebut dengan waktu 14,50 detik.
"Tetapi, kalau mengingat ketiga masalah tadi saya sangat puas. Orang lain mungkin tidak tahu masalah ini, tapi kami berhasil melaluinya dengan baik," kata Fahmy.
Dengan kemenangan itu, Dedeh berhasil menjaga gengsi Indonesia dengan mempertahankan medali emas lari gawang 100 meter yang juga ia dapatkan pada Kejuaraan Dunia Masters Atletik 2016 di Perth, Australia. Kala itu, keping emas ia dapatkan dengan catatan waktu 13,96 detik.
Selain di nomor lari gawang 100 meter, pada Kejuaraan Dunia Masters Atletik 2018, Dedeh pun mendapatkan medali perak di nomor 100 meter. Artinya, ia akan pulang ke Indonesia pekan depan dengan mengantongi dua medali.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar