"Cara bermain dan mental kamu harus bisa berjuang, tidak boleh takut kalah, tidak boleh ragu sama diri sendiri," ucap Hendry.
Dalam perjalanan naik podium kampiun pada China Open, Anthony melewati perjuangan yang cukup sulit.
Pada babak pertama Anthony menyingkirkan pemegang lima gelar juara dunia asal China, Lin Dan, lalu menumbangkan Juara Dunia 2017 Viktor Axelsen (Denmark).
Selanjutnya, dia mengalahkan peraih medali emas Olimpiade Rio 2016, Chen Long (China) dan menumbangkan peraih medali perak Asian Games 2018, Chou Tien Chen (Taiwan).
(Baca juga: China Open 2018 - Deretan Prestasi Anthony Ginting, dari Sirnas hingga Turnamen Superseries Premier)
"Saya tidak kaget Anthony bisa melewatinya karena setiap pemain sehebat apa pun pasti punya kelemahan," ujar Hendry.
"Apakah Anthony bisa memanfaatkan ini? Sebagai contoh, Shi Yuqi ketemu Kento Momota tidak bisa berkembang. Anthony waktu lawan Shi Yuqi di Asian Games, fisiknya tidak menunjang sehingga kalah. Ini yang terus kami pelajari," tutur Hendry.
Menurut Hendry, yang diperlukan Anthony saat ini adalah konsistensi.
"Selalu ada ujian bagi tiap pemain setelah menjadi juara, apalagi setelah Asian Games, banyak harapan kepada Anthony dan Jonatan.
Ketika di lapangan, Hendry sering memuji penampilan Anthony walaupun dia sedang dalam posisi tertinggal. Tujuannya, untuk mengingatkan dia.
"Kalau sudah bermain bagus, buat apa tampil buruk. Kalau sudah untung kenapa harus rugi?"
"Setiap atlet pasti punya tujuan. Selagi tujuan itu belum tercapai, ya dia harus berjuang terus. Kalau jatuh, ya fight back," ucap Hendry.
Konsistensi Anthony akan diuji pada Korea Open 2018, 25-30 September. Tahun lalu, dia keluar sebagai juara setelah mengalahkan rekan senegara, Jonatan Christie.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar