Pelatih tunggal putra Indonesia, Hendry Saputra, mengapresiasi pencapaian gelar juara yang diraih Anthony Sinisuka Ginting pada China Open 2018.
Anthony menjuarai turnamen World Tour Super 1000 China Open 2018 setelah mengalahkan Kento Momota (Jepang), 23-21, 21-19, Minggu (23/9/2018).
"Anthony belajar dari pengalaman kekalahan dia pada Asian Games 2018. Setelah itu, kami diskusi dan dia pelajari video permainannya," ucap Hendry dilansir BolaSport.com dari Badminton Indonesia.
"Di China Open ini permainannya sudah tepat, tetapi tetap masih ada kesalahan-kesalahan sendiri yang dilakukan. Kemajuannya sudah ada, dia sudah bisa mengatur fokus, tempo permainan, dan bisa merancang apa yang dia mau," tutur Hendry.
Menurut Hendry, pencapaian Anthony saat ini tak lepas dari motivasi pribadi untuk menjadi juara. Anthony juga dianggap mampu mengatasi masalah yang dia hadapi.
"Dia belajar lebih sabar, tidak gampang mati sendiri, kontrol pikiran, fokus dalam teknik pukulannya, dia bisa lewati semua itu. Hasilnya ya bisa kita lihat sendiri. Kalau teknik pukulan, setiap pemain punya kekurangan dan kelebihan masing-masing," tutur Hendry.
"Saya sudah jauh-jauh bilang, ini adalah akumulasi usaha dari tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, ada 12 kali turnamen setara level superseries dalam setahun, masa sih nggak bisa dapat satu?" ujar Hendry.
(Baca juga: China Open 2018 - Kento Momota Mengaku Buat Kesalahan Besar Saat Menghadapi Anthony Ginting)
Hendry mengatakan bahwa pencapaian Anthony ada dasarnya yakni fisik dan teknik pendukung yang bagus
"Cara bermain dan mental kamu harus bisa berjuang, tidak boleh takut kalah, tidak boleh ragu sama diri sendiri," ucap Hendry.
Dalam perjalanan naik podium kampiun pada China Open, Anthony melewati perjuangan yang cukup sulit.
Pada babak pertama Anthony menyingkirkan pemegang lima gelar juara dunia asal China, Lin Dan, lalu menumbangkan Juara Dunia 2017 Viktor Axelsen (Denmark).
Selanjutnya, dia mengalahkan peraih medali emas Olimpiade Rio 2016, Chen Long (China) dan menumbangkan peraih medali perak Asian Games 2018, Chou Tien Chen (Taiwan).
(Baca juga: China Open 2018 - Deretan Prestasi Anthony Ginting, dari Sirnas hingga Turnamen Superseries Premier)
"Saya tidak kaget Anthony bisa melewatinya karena setiap pemain sehebat apa pun pasti punya kelemahan," ujar Hendry.
"Apakah Anthony bisa memanfaatkan ini? Sebagai contoh, Shi Yuqi ketemu Kento Momota tidak bisa berkembang. Anthony waktu lawan Shi Yuqi di Asian Games, fisiknya tidak menunjang sehingga kalah. Ini yang terus kami pelajari," tutur Hendry.
Menurut Hendry, yang diperlukan Anthony saat ini adalah konsistensi.
"Selalu ada ujian bagi tiap pemain setelah menjadi juara, apalagi setelah Asian Games, banyak harapan kepada Anthony dan Jonatan.
Ketika di lapangan, Hendry sering memuji penampilan Anthony walaupun dia sedang dalam posisi tertinggal. Tujuannya, untuk mengingatkan dia.
"Kalau sudah bermain bagus, buat apa tampil buruk. Kalau sudah untung kenapa harus rugi?"
"Setiap atlet pasti punya tujuan. Selagi tujuan itu belum tercapai, ya dia harus berjuang terus. Kalau jatuh, ya fight back," ucap Hendry.
Konsistensi Anthony akan diuji pada Korea Open 2018, 25-30 September. Tahun lalu, dia keluar sebagai juara setelah mengalahkan rekan senegara, Jonatan Christie.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar