Dia selanjutnya bertandem dengan pebulu tangkis Malaysia, Tan Boon Heong, hingga akhir 2017 dan memutuskan kembali ke pelatnas pada awal 2018.
"Herry ada di pelatnas sejak saya masih SMP. Indonesia mungkin mengganti pelatih ganda putra mereka sekali dalam 10 tahun terakhir," kata Hendra seperti dilansir BolaSport.com dari The Star.
"Ada baiknya memiliki pelatih yang mengerti pemain dan tahu pertumbuhan pemain sejak awal. Pemain juga nyaman dengan kedua pelatih dan tahu harapan mereka. Hal ini sangat berpengaruh," tutur Hendra.
Sebaliknya, departemen ganda putra Malaysia sudah cukup sering mengganti pelatih.
(Baca juga: Denmark Open 2018 - Kekalahan Viktor Axelsen adalah Kebahagiaan Rekan Senegaranya)
Ditanya apakah perubahan ini memengaruhi ganda putra Malaysia, Hendra mengakui bahwa dia tidak yakin.
"Saya tidak yakin. Untuk Indonesia, memiliki pelatih yang sama itu ajaib, tetapi mungkin berbeda untuk bangsa lain," ujar Hendra.
Sementara itu, hanya dalam waktu satu tahun, departemen ganda putra Malaysia telah memiliki tiga pelatih kepala berbeda yang bertanggung jawab yakni Jeremy Gan, Cheah Soon Kit dan sekarang, Paulus Firman yang berasal dari Indonesia.
Hendra saat ini sedang berada di Odense untuk mengikuti Denmark Open 2018 bersama mantan pasangannya, Ahsan. Duo ini memenangkan gelar juara dunia pada 2013 dan 2015.
Hendra juga memenangkan medali emas Olimpiade bersama Markis Kido di Olimpiade Beijing 2008 dan gelar juara dunia oertamanya dengan Markis pada 2007.
"Saya masih menikmati pertandingan dan saya ingin lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 bersama Ahsan. Ada banyak pasangan muda, tetapi bagus untuk tetap memberi mereka perlawanan," ujar Hendra.
Pada Denmark Open 2018, perjalanan Ahsan/Hendra berlanjut ke babak perempat final setelah mengalahkan Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark), 21-12, 24-22.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | The Star |
Komentar