Profesi komentator kini tak hanya menjadi bagian dari dunia olahraga fisik seperti sepak bola, tetapi juga olahraga E-sport yang saat ini sedang digandrungi kaum milenial.
Contohnya saja Maman Himawan, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya yang kini rutin menjadi komentator (caster) E-sport.
Seperti kaum milenial Indonesia pada umumnya, Maman awalnya juga beraktivitas sebagai gamers biasa.
"Ketika masuk dunia esport, yang terpikirkan di otak saya sebagai milenial tentu ingin jadi pro player. Dulu saya main Dota 2 dan ikut-ikutan turnamen, tetapi selalu gugur di perempat final atau semifinal karena ketemu pemain pro. Waktu itu, saya dan teman-teman di kampus memang cuma main-main biasa saja," kata Maman pada acara diskusi E-sport di Cikini, Jakarta, Minggu (23/12/2019).
"Dari sana, saya akhirnya pada 2014 iseng menawarkan diri ke admin turnamen untuk menjadi caster. Waktu itu, saya barengan sama Melon (caster E-sport kondang Indonesia)," ucap pemuda 24 tahun asal Bogor, Jawa Barat itu.
(Baca juga: Kepada Kepala Bekraf, Jokowi Minta Dibuatkan Kompetisi E-Sport Bertajuk Piala Presiden)
Maman mengatakan, menjadi caster E-sport juga tak sembarangan karena perlu pengetahuan yang tinggi seperti layaknya komentator olahraga lain.
Tantangan seorang caster E-sport, kata Maman, yakni harus bisa mengkomunikasikan dan menarasikan pertandingan game kepada para penonton.
"Seorang caster E-sport itu harus memperhatikan artikulasi dan intonasi bicaranya supaya jelas, karena dua hal itu bisa membuat game menjadi seru," kata Maman.
"Pada saat momen-momen genting, caster E-sport harus bisa menjelaskan dengan baik supaya penonton paham dan ikut merasakan hype-nya. Selain itu, caster wajib paham dengan game yang sedang dipertandingkan. Kalau tidak, pasti akan dianggap tidak profesional," ucap dia lagi.
Dengan menjadi caster E-sport, Maman mengaku bisa meraup penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
(Baca juga: Besarnya Peluang Usaha dan Profesi Dunia E-Sport bagi Kaum Milenial Indonesia)
"Waktu Dota 2 masih banyak yang main, pernah dalam sebulan dapat job caster E-sport sampai 5-7 event. Namun, kebanyakan saya memandu secara online, karena kan saya juga harus membagi waktu kuliah di Surabaya," ucap Maman.
"Selain sebagai caster, saya juga merangkap bikin konten saat off air, misalnya buat artikel dan lain-lain. Saya rencananya juga mau bikin Dota Radio, jadi memandu pertandingan Dota tanpa visual, hanya lewat suara," tuturnya.
Saat ini, E-sport memang sedang menjadi kegiatan yang diminati oleh generasi muda Indonesia.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pun menjadikan esport sebagai salah satu subsektor yang diprioritaskan.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar