Masalah tersebut membuat mereka tidak lagi dapat meminta bantuan pelatih dan staf medis selama mereka menjalani latihan persiapan menuju berbagai turnamen BWF.
Namun, kabar terbaru yang beredar mengatakan bahwa DBF menerima permintaan para pemain.
"Gelar ini menjadi prestise bagi saya. Saya bisa menjadi juara di turnamen World Tour dan tanpa pelatih. Saya 'melawan' banyak orang dan menang di tengah penonton yang ramai. Rasanya gila," aku pemain peringkat ke-20 dunia itu.
"Tentunya saya ingin berbagi dengan seseorang dalam situasi tersebut kepada mantan pelatih yang mungkin akan menjadi pelatih saya lagi. Saya akan share lagi dengan dia bagian pertandingan disini."
Baca Juga : Indonesia Masters 2019 - Tiga Jagoan Tak Dapat Tuah Istora Senayan
Menurut Antonsen, kemenangan ini menjadi momentum dalam karier bulu tangkisnya.
"Sangat luar biasa ketika mengingat saya mulai mengenal bulu tangkis sejak berusia 6 tahun dan saya selalu bermimpi menjadi pemain kelas dunia," ujar Antonsen.
"Sekarang saya menang di Indonesia di usia ke-21 tahun. Saya sangat bangga. Kunci kemenangan saya tetap tenang dan fokus, mengontrol kesalahan saya. Saat tertekan saya gunakan sebagai sumber energi, terus berjuang saat menyerang dan mengambil napas," tutur Antonsen.
Antonsen mengakui bahwa Momota penampilannya sangat bagus ketika menjumpai Anthony Sinisuka Ginting pada babak kedua dan Viktor Axelsen (semifinal).
"Saya memang sudah kalah tiga kali dari Momota. Tetapi di Indonesia Masters, saya punya kepercayaan diri," ucap Antonsen.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar