Soh yang saat iniberusia 21 tahun mengatakan bahwa dia melihat Koo/Tan beraksi 12 tahun yang lalu. Saat itu, Koo/Tan mengalahkan Cai Yun/Fu Haifeng (China) untuk memenangi gelar All England 2007.
Kemenangan tersebut mengilhami Soh untuk mengikuti jejak Koo/Tan.
"Saya tidak pernah melewatkan menonton All-England setiap tahun sejak saya menyaksikan Kien Keat-Boon Heong menang," kata Soh.
"Sekarang, saya bermain di turnamen bergengsi ini untuk pertama kalinya dan saya telah mencapai perempat final, saya seperti bermimpi. Mereka adalah idola saya, saya menikmati menonton mereka beraksi karena permainan mereka yang menghibur dan berkualitas tinggi. Kemenangan mereka pada 2007 telah banyak menginspirasi saya."
Chia/Soh melakukan debut mengesankan mereka pada turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut dengan mengandaskan pasangan peringat keenam dunia, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark), 21-19, 21-16 pada babak kedua.
Baca Juga : Rekap Hasil All England Open 2019 - 3 Wakil Indonesia ke Semifinal
Bagi Chia/Soh ini merupakan kemenangan ketiga mereka atas wakil Denmark tersebut setelah mengalahkan mereka pada Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing, China dan pada Malaysia Masters 2019, Januari lalu,
"Pada tahap ini, Aaron dan saya tidak memiliki rasa takut dan segalanya mungkin bagi kami. Koo dan Tan meraih gelar All England ketika mereka masih muda juga dan kami ingin mengikuti jejak mereka," ujar Soh.
Kiprah Chia/Soh terus membaik setelah mencapai delapan babak perempat final dalam 10 turnamen yang mereka ikuti.
"Kami senang dengan performa kami minggu ini. Kami sudah sedikit membuat terobosan setelah Nanjing, tetapi kami tidak menyerah dan kami telah bermain lebih baik dan lebih baik," ucap Soh.
Menurut Soh, kunci kemenangannya hingga semifinal All England Open 2019 ialah komunikasi yang baik. Mereka selalu duduk dan berbicara ketika sedang posisi tertinggal atau terpuruk, tidak saling menyalahkan satu sama lain.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BWF Badminton |
Komentar