”Di luar lapangan, dukungan orangtua juga semakin baik. Mereka sadar, anaknya tidak mungkin berprestasi jika tidak mendapat dukungan yang baik. Ini nilai positif untuk pembinaan usia muda,” kata Saut.
Setelah ini, Saut ingin terus membina anak asuhnya hingga usia U-17. Ia tidak ingin buru-buru melepas anak asuhnya ke tim lain, terutama tim Liga 1 Indonesia yang mengikuti kompetisi Liga 1 U-16, April ini.
”Anak-anak ini masih mentah. Saya ingin membina mereka sampai benar-benar matang dan siap menjadi pemain profesional,” ujarnya.
Banyak Belajar
Pelatih Salfas Soccer Irwan Salam mengaku banyak belajar dari Liga Kompas. Ini adalah pengalaman pertama timnya mengikuti liga.
Di awal kompetisi, mereka hanya menargetkan tidak degradasi. Ketika bisa naik ke papan atas pada paruh musim, Irwan sedikit bernafsu untuk juara.
Tuntutan pada anak asuhnya untuk memenangi setiap laga kemudian menjadi bumerang. Para pemain merasa tertekan.
Mereka tidak main lepas sehingga tergelincir dari peringkat pertama ke peringkat kedua, empat pekan sebelum akhir.
”Di usia muda, anak-anak harus dibiarkan main lepas. Jangan pernah menuntut. Saat dituntut, mereka justru terbebani dan tidak bisa mengeluarkan permainan terbaiknya. Kejuaraan kelompok usia memang bukan tempat mengejar prestasi, tetapi tempat pembinaan,” ujarnya.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Kompas |
Komentar