SUPERBALL.ID - Di antara 2.000 peserta World Football Summit (WFS) Asia dari 50 negara di Sunway Convention Center, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 29-30 Maret 2019, ada satu sosok yang menarik perhatian yakni KH Zahrul Azhar As’ad alias Gus Hans.
Meski berasal dari kalangan pesantren, kiai muda penggagas Football for Peace tersebut sangat konsen dengan perkembangan industri sepak bola Indonesia.
Bahkan ekspansinya terbilang bagus karena dalam hitungan bulan sudah merambah level internasional.
“Kenapa saya datang di sini, berarti Alhamdulillah, langkah-langkah yang kami lakukan, walaupun singkat, tapi tepat sasaran karena kami sedang bermitra dengan orang di jalur yang benar,” kata Gus Hans seperti rilis yang diterima BolaSport.com dari UNI Papua.
Sehingga, lanjut Gus Hans, apa yang dilakukannya bisa terinformasikan kepada pihak komunitas sepak bola dunia.
Selain itu, kehadirannya di WFS Asia bisa menjadi pertanda baik bahwa langkahnya untuk memajukan persepakbolaan Indonesia diharapkan mendapatkan respons positif dari semua pihak di level internasional.
Baca Juga : Satu Pemain Timnas U-23 Masih Bisa Bela Timnas U-18 Indonesia
“Jadi saya datang atas nama Football for Peace, berdasarkan rekomendasi dari mitra utama kita yang ada di Jakarta, ada Uni Papua dan juga Id Sports Management,” tuturnya.
Pertemuan ini sangat penting, lanjut Gus Hans, karena diikuti para pelaku industri sepak bola.
Menurutnya, ketika bicara industri, maka di situ ada unsur ekonomi, organizer hingga pemain.
“Apalagi di sana berkumpul para owner klub internasional, CEO, para pelaku usaha yang berkaitan dengan sponsorship dan faktor suporting kegiatan persepakbolaan.”
“Mereka ini sekumpulan orang-orang yang sadar, betapa sepak bola bisa memberikan rezeki bagi semuanya,” kata Gus Hans.
Saat ditanya apa oleh-oleh yang dibawa dari arena WFS Asia untuk kemajuan industri sepak bola di Surabaya dan Jawa Timur, Gus Hans berharap Kota Pahlawan bisa menjadi kota football friendly.
“Artinya kota yang sangat welcome dengan perkembangan olahraga, terutama sepak bola, baik dari sisi membangun karakter masyarakat Surabaya dan juga melalui pendekatan industri serta pariwisata,” kata Gus Hans.
Menurut wakil rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang itu militansi masyarakat Surabaya terhadap klubnya yang sangat tinggi.
Itu bisa menjadi modal dasar untuk menjadi sesuatu yang lebih produktif lagi.
“Bayangkan ketika jiwa juang suporter Persebaya, perjuangan arek-arek Surabaya itu disalurkan dengan hal-hal postif berupa sepak bola dan aktivitas sportif seperti ini, maka bisa mendatangkan devisa negara dan APBD juga akan naik, serta dampak sosialnya akan bagus,” jelas Gus Hans.
Karena itu, tegas Gus Hans, gagasan menjadikan Surabaya sebagai kota football friendly bisa terwujud sangat bergantung pada regulasi.
“Jadi yang paling penting, siapa figur yang akan menjadi penentu regulasi di Surabaya,” tutupnya.
Editor | : | Aulli Reza Atmam |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar