Pemain tunggal putra peringkat delapan dunia tersebut menyebutkan beberapa kendala seperti shuttlecock dan segi adaptasi lapangan.
Seperti yang diketahui, di laga penyisihan grup, Indonesia belum pernah menurunkan Jonatan untuk bertanding.
"Saat shuttlecock masih baru, lajunya cepat, tetapi waktu dua-tiga pukulan, jadi melambat. Saya rasa itu strategi dia, beberapa kali dia ganti bola, saya juga kecolongan di sini," jelas dia.
"Saya kurang puas dan kecewa dengan permainan saya, apa yang sudah direncanakan, tidak bisa jalan sama sekali," imbuh dia lagi.
Secara pribadi, Jonatan mengaku tak memikirkan rekor head-to-head dia sebelum pertandingan melawan Chou Tien Chen, yang notabene tak pernah memetik kemenangan dari Jojo sebelumnya.
Baca Juga: Piala Sudirman 2019 - Marcus/Kevin Sudah Belajar dari Pertemuan Sebelumnya Lawan Pasangan Taiwan
Apalagi, pertemuan terakhir mereka terjadi di babak final turnamen individual Asian Games 2018, dimana saat itu Jonatan sukses menyabet keping medali emas.
"Saya nggak mikirin head to head, siapa yang siap yang akan menang. Chou bermain sangat siap dari defense, dari serangannya, bola ditempatkan di pojok-pojok lapangan terus. Dengan kondisi bola seperti ini, saya sudah berusaha juga untuk membuat dia lari-lari, tapi dia tidak merasa tertekan,"
Baca Juga: Piala Sudirman 2019 - Gregoria Sebut Tai Tzu Ying Tipe Pemain yang Rusak Posisi Lawan
"Pertemuan terakhir kami di Asian Games 2018, sudah cukup lama. Kondisi stadion berbeda dengan di sini, Istora tidak sebesar ini, kondisi lapangan pun ada menang-kalah angin, jadi main di teknik dan strategi,"
"Tetapi, kalau di sini lebih ke power dan kecepatan, itu yang saya rasa tidak bisa saya atasi," udap Jonatan Christie memungkasi.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar