"Lari harus dilakukan dengan kecepatan stabil agar kondisi tubuh tetap hangat. Suhu tubuh ini berpengaruh pada kecepatan lari," ungkap Gatot.
Karenanya, saat lari baik latihan jelang lomba atau olahraga rutin, tetaplah konsisten berlari bukan mengombinasikan dengan jalan kaki.
Jika Anda mengganti lari dengan jalan kaki, apalagi jika berhenti berlari, suhu tubuh menjadi dingin. Anda butuh energi lebih besar untuk memulai lari dari nol.
"Biasanya untuk memulai lari akan timbul rasa malas, kalau suhu tubuh sudah dingin," jelasnya.
Nah, bagaimana bisa Anda mencapai tujuan dari olahraga lari, jika di tengah perjalanan muncul rasa malas. Lari pun tak bisa memberikan manfaat maksimalnya karena rasa malas sudah melanda.
* Jangan percaya latihan instan
Kalau Anda berminat mengikuti berbagai ajang road run, lakukan latihan yang terprogram dengan trainer, bukan yang instan lewat tutorial di internet.
Gatot mengatakan banyak pelari yang salah kaprah saat memulai program latihan. Terutama saat menyiapkan diri untuk mengikuti lari 10K misalnya. Banyak pelari yang mengandalkan program instan yang bisa didapatkan lewat internet.
“Banyak pelari yang salah kaprah. Latihan lari dengan buka internet dan menjalani program baku. Padahal latihan lari tidak bisa baku,” jelasnya.
Gatot menjelaskan, kalau latihan dengan membuka internet, kita tidak bisa tahu kemampuan fisik sejauh mana. Sementara kalau latihan terprogram sesuai kebutuhan dan kondisi dengan bantuan instruktur, kita bisa mengukur kemampuan diri.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Intisari |
Komentar