Baca Juga: Melati Daeva Oktavianti Incar Semifinal Indonesia Open 2019
Susy juga mengungkapkan beberapa pemain yang sudah memiliki persiapan bagus dalam latihan, tetapi tidak bisa mengeluarkan kemampuannya saat bertanding.
"Sudah, tidak usah memikirkan apa-apa, nekat dulu di lapangan. Sampai saya bercandain, apa perlu dikasih daging macan ya biar galak? Ha-ha-ha. Jangan kelemer-kelemer, memang kita ini putri Timur, tetapi kalau di lapangan kan bukan putri Timur lagi."
"Di depan kalian itu musuh, lho, harusnya berpikir, dia atau saya yang mati? Harusnya berpikir seperti perang, kalau kita tidak melawan, ya kita yang akan mati. Itu yang kami terapkan, saya sendiri juga gemas," tutur Susy.
Hal-hal yang terlihat sepele, dikatakan Susy adalah hal yang terkadang menentukan karakter pemain.
Kebiasaan-kebiasaan pemain yang terlalu pasrah bisa menjadi hambatan di lapangan dan membuat pemain dinilai kurang memiliki daya juang yang lebih.
"Di lapangan itu harus kejar bola ke mana pun. Hal ini sepertinya sepele, tetapi merupalan kebiasaan. Mungkin sudah terbiasa 'ya sudah lah'. Tidak bisa seperti itu sehingga mindset dan sikapnya harus diubah," ujar Susy.
Menurut peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tersebut, progress tunggal putri masih berada di kisaran 20-30 persen.
Baca Juga: Indonesia Rebut Tiga Gelar dari Malaysia International Series 2019
"Belum setengahnya. Salah satu faktor penyebabnya, materi pemain putri yang bisa dilihat sendiri. Tunggal putri sekarang kalau lagi bagus, lalu sakit, bagus lagi, sakit lagi," ujar Susy.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar