"Namun, kali ini bisa lebih cepat karena lutut saya merespon proses pemulihan dengan baik," kata dia melanjutkan.
Marin sendiri tak menampik bahwa dia sempat down setelah menyadari parahnya cedera yang dia alami.
Namun, Juara Dunia 2018 tersebut seolah enggan larut dalam kesedihan yang lama.
Satu minggu pasca-operasi, Marin langsung memulai proses rehabilitasinya.
Baca Juga: Malaysia Tak Ingin Terburu-buru dalam Memutuskan Nasib Hendrawan
Dalam lima bulan terakhir ini, Marin juga menghabiskan waktu selama delapan jam setiap hari demi menjalani proses pemulihan yang maksimal.
Ambisi Olimpiade Tokyo 2020 pun menjadi salah satu motivasi kuat baginya untuk kembali berkompetisi.
"Saya bisa bergerak dengan mudah di treadmill. Saya harap ketika saya kembali berkompetisi, saya bisa menjadi Carolina Marin yang lebih kuat dan lebih percaya diri," ujar Marin.
Baca Juga: Jelang Indonesia Open 2019, Duet Aaron Chia/Soh Wooi Yik Justru Dilema
"Saat mereka mengatakan pada saya bahwa saya cedera, saya sempat sangat putus asa. Namun, saat itu saya hanya berpikir tentang Olimpiade," ucap dia lagi.
Berbekal progres positif tersebut, Marin pun yakin mampu segera melakoni laga comeback, setidaknya pada bulan September.
"Saya belum tahu apakah saya bisa ke Kejuaraan Dunia 2019 (19-25 Agustus). Saya akan berangkat jika tidak ada resiko kambuh," ucap dia.
"Namun, jika pun saya belum bisa ke Kejuaraan Dunia, saya ingin tampil pada turnamen pada bulan September," ucap dia lagi.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Planet |
Komentar