BOLASPORT.COM - Pimpinan Monster Energy Yamaha MotoGP, Lin Jarvis, mengakui timnya mengalami kesulitan semenjak kepergian Jorge Lorenzo pada akhir musim 2016.
Yamaha terakhir kali tampil solid pada balapan MotoGP ialah pada tahun 2015, saat masih memiliki line-up pembalap Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Dua rider andalan skuat Iwata, Jepang, tersebut, mengakhiri musim 2015 dengan Jorge Lorenzo sebagai juara dunia dan Valentino Rossi menduduki posisi runner-up.
Baca Juga: Kembali Gantikan Lorenzo di Austria, Bradl Bertekad Tampil Kencang
Total, Yamaha mengumpulkan 655 poin dari dua pembalapnya tersebut dan tampil dominan pada sepanjang musim.
Akan tetapi, keputusan Lorenzo untuk hijrah ke Ducati mulai memberi imbas terhadap performa Yamaha.
Pada akhir musim 2017, Yamaha hanya bisa mengantar pembalapnya meraih pencapaian terbaik yakni peringkat ketiga dengan 230 poin.
Ironisnya, prestasi itu diukir oleh sang rekrutan baru, Maverick Vinales, bukan Valentino Rossi yang berstatus pembalap senior di Yamaha.
Pada musim berikutnya, Yamaha belum sepenuhnya pulih.
Baca Juga: MotoGP Austria 2019 - Repsol Honda Masih Butuh Jorge Lorenzo
Sekali lagi, mereka hanya mampu menempatkan pembalapnya di urutan ketiga klasemen akhir pembalap.
Kali ini, rider yang berada di posisi itu adalah Rossi. Dia menyelesaikan musim kompetisi MotoGP 2018 dengan meraih 198 poin.
Penampilan minor Yamaha masih belum juga berakhir pada MotoGP pada musim ini dengan hanya meraih satu kali kemenangan dari 10 balapan yang telah dilakoni.
Satu-satunya kemenangan tersebut berhasil dipersembahkan Maverick Vinales saat menggeber motor M1 di Sirkuit Assen, Belanda, beberapa waku lalu.
Di sisi lain, Valentino Rossi sempat mencatatkan hasil terburuknya dalam sewindu terakhir.
Rider Italia berusia 40 tahun itu menorehkan hasil gagal finis alias did not finish (DNF) tiga kali beruntun saat menjalani MotoGP Italia, MotoGP Catalunya, dan MotoGP Belanda.
Menanggapi hasil tersebut, Lin Jarvis tak membantah bahwa sejak ditinggal pergi Jorge Lorenzo, tim Yamaha terus-menerus didera kendala.
Baca Juga: Kembali Absen di Austria, Jorge Lorenzo Buat Repsol Honda Kecewa
"Ketika Jorge Lorenzo pergi, kami merasa kehilangan jalan, tetapi bukan karena dia memutuskan untuk pergi dari tim ini," kata Lin Jarvis, dilansir BolaSport.com dari Tuttomotorwieb.
"Musim 2016 tidak terlalu buruk bagi kami, tetapi pada 2017 kami mengalami kesulitan dan belum mampu bangkit," ucap Jarvis lagi.
Selain kepergian Lorenzo, pengenalan peranti elektronik bernama Electronic Control Unit (ECU) juga menjadi salah satu penyebab menurunnya penampilan Yamaha pada dua musim terakhir.
Secara umum, ECU mengatur seluruh kontrol yang ada di motor, mulai dari sasis, traksi, sampai wheelie.
Namun, untuk Yamaha, masalah yang paling sering muncul adalah saat suhu trek panas.
Ketika menghadapi situasi ini, motor YZR-M1 masih sering kehilangan traksi ban belakang, terutama saat menikung pada suhu trek yang tinggi.
Lin Jarvis mengakui timnya meremehkan efek dari perubahan ini sehingga Yamaha kurang mampu bersaing dengan tim-tim papan atas lainnya.
"Dampak input ECU dan khususnya perangkat lunak, juga mempunyai peran yang besar selain kepergian Jorge Lorenzo," kata dia.
"Kami meremehkan efek dari perubahan ini dan kami sekarang membayar harganya, itulah yang sangat mengejutkan kami," ucap Jarvis lagi.
Baca Juga: MotoGP Austria 2019 - Marquez Optimistis Bisa Teruskan Tren Kemenangan
Sebelumnya, Valentino Rossi dan Meverick Vinales telah mencoba purwarupa alias prototype mesin motor M1 2020 pada sesi tes resmi tengah musim MotoGP yang digelar di Automotodrom Brno, Republik Ceska, Senin (5/8/2019).
Baik Rossi dan Vinales menganggap Yamaha belum sepenuhnya mampu menghadirkan mesin yang cukup mumpuni untuk musim ini atau bahkan musim depan.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | Tuttomotorioweb.com |
Komentar