BOLASPORT.COM - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) berharap polemik tentang audisi beasiswa bulu tangkis dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dapat diselesaikan pekan ini.
Sebelumnya, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin memastikan bahwa Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis milik klub PB Djarum resmi ditiadakan pada 2020.
Pelaksanaan audisi umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis pada 2019 pun menjadi yang terakhir sejak pertama kali digelar pada 2006.
Alasannya, terkait klaim Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa ajang itu adalah bentuk eksploitasi anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan produk rokok.
"PBSI ingin semuanya segera clear pekan ini. Kuncinya ada di KPAI. Perlu diketahui dulu apa perbedaan dasar PT dan yayasan. PT menggunakan hukum Perseroan Terbatas, sementara yayasan itu non bisnis," kata Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto ditemui BolaSport.com di Jakarta, Rabu (11/9/2019).
"Audisi umum tidak ada kaitannya dengan produk rokok dan kami berharap polemik ini tidak masuk ranah hukum karena dasar hukumnya berbeda sehingga kegiatannya juga berbeda," ucap Budiharto.
Menurut Budiharto, pihaknya ingin ada proses pencarian fakta tentang audisi bulu tangkis yang digelar Djarum dengan menanyakan langsung kepada orangtua peserta audisi.
Baca Juga: Mohammad Ahsan Sebut Atlet PB Djarum Bisa Dikeluarkan jika Ketahuan Merokok
"Tanya langsung orangtua peserta, apakah mereka merasa dieksploitasi. Saya yakin, orangtua mana pun tidak mau anaknya jadi perokok," ujar Budiharto.
Terkait dengan pembibitan atlet oleh PBSI, Budiharto mengatakan bahwa PBSI tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pembinaan pemain sejak dini, kecuali mendapat dana dari Pemerintah untuk melakukan proses tersebut.
"Komisi X DPR sudah menjelaskan tidak ada anggaran untuk pembinaan sehingga perlu memberdayakan pihak swasta, syaratnya mau dan mampu," kata Budiharto.
"Sebenarnya ada tiga dampak dari audisi yakni pembibitan, pemasalan bulu tangkis secara nasional yang berimbas pada multiplier effect seperti banyak yang ingin berlatih bulu tangkis, tumbuh klub kecil hingga perputaran bisnis dari penjualan raket, shuttle cock, dan banyak lagi," tutur Budiharto.
Budiharto menjelaskan bahwa sebanyak 50 persen pebulu tangkis yang ada di pelatnas Cipayung, Jakarta berasal dari PB Djarum.
"Audisi umum menjaga agar suplai pemain tetap terjaga. Tahun depan ada Olimpiade. Kami tidak ingin masalah ini menghambat prestasi dan medali pada Olimpiade," ujar Budiharto.
Sebelumnya, KPAI menilai Djarum Foundation telah memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan brand image Djarum dalam kegiatan audisi bulu tangkis.
Imbauan KPAI sudah disepakati sejumlah lembaga negara lain seperti Kemenko PMK, Kemenpora, Kemenkes, Bappenas, dan BPOM setekah pertemuan di Kantor KPAI pada Kamis (1/8/2019).
Kegiatan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis dinilai telah mengeksploitasi anak dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor (PP) 109 tahun 2012 tentang "Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan."
PP 109 mengatur perlindungan khusus bagian anak dan perempuan hamil.
Oleh karena itu, jika ingin melanjutkan kegiatan audisi bulu tangkis, Djarum Foundation diminta untuk sesegera mungkin menghentikan penggunaan anak sebagai media promosi brand image Djarum.
PB Djarum sendiri sudah dikenal sebagai salah satu klub bulu tangkis elite Indonesia.
Klub yang bermarkas di Kudus, Jawa Tengah, tersebut melahirkan sejumlah atlet olahraga tepok bulu legendaris.
Beberapa di antaranya ialah Alan Budikusuma (peraih emas Olimpiade 1992), ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (peraih emas Olimpiade 2016), dan Mohammad Ahsan (peraih tiga medali emas Kejuaraan Dunia).
Selain itu, ada Kevin Sanjaya Sukamuljo (juara All England Open 2017) dan Praveen Jordan (juara All England Open 2014).
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar