BOLASPORT.COM - Bagi Maurizio Sarri, hasil imbang Juventus kontra Fiorentina adalah hasil yang buruk, tetapi tak lebih penting dari rumahnya di Florence.
Serie A Ti Amo adalah seri mingguan BolaSport.com yang membahas lebih dalam dan sisi lain Liga Italia. Baca tulisan Serie A Ti Amo lainnya di sini.
Sabtu siang (14/9/2019) waktu Italia, banyak wajah bahagia yang terlihat di Stadio Artemio Franchi saat laga Fiorentina kontra Juventus berakhir.
Hasil akhir 0-0 yang terpampang di papan skor sepertinya sudah cukup bagi publik tuan rumah, mereka tak kalah dari penguasa Italia dalam delapan tahun terakhir.
Tak hanya publik Florence yang bisa bernapas lega, sedikit kebahagiaan mungkin juga terbesit di dalam benak pelatih Juventus, Maurizio Sarri.
Sarri bukan fan Fiorentina. Ia adalah penggemar berat Napoli sejak kecil. Pertarungan pribadinya sudah terjadi pada giornata kedua saat Napoli bertandang ke markas Juvenetus.
Ia saat itu memang tak berada di lapangan karena masih dalam masa penyembuhan penyakit pneunomia, kita tak pernah tahu bagaimana reaksi yang Sarri lakukan jika terlihat di lapangan saat Kalidou Koulibaly mencetak gol bunuh diri yang buat Juventus menang jelang akhir laga.
Pertarungan melawan Fiorentina adalah pertarungan batin Sarri yang lain. Pertarungan batin yang lebih hebat dan luas daripada kontra Napoli. Ini adalah pertarungan soal "rumah" tempat ia kembali.
Baca Juga: Jumlah Tembakan Terendah Selama Karier, Cristiano Ronaldo Kelelahan?
Di Florence ada sebuah museum bernama Uffizi Museum yang berisi lukisan dan karya seni sejenis. Jika kita ke sana, ada seorang pengawas bernama Mirko Tinagli. Ia punya banyak rahasia soal Sarri.
Pada tahun 1991 di Faellase, klub di kasta kesembilan Liga Italia, Sarri dipilih jadi pelatih saat itu. Tinagli kemudian bergabung dalam skuat kepelatihan Sarri saat itu.
Selama 15 tahun ia menemani Sarri hingga pada 2008, Tinagli memutuskan untuk keluar dan kembali bekerja di museum. Tinagli jadi satu dari sekian teman dekat dan keluarga yang punya kepentingan ganda dalam laga Fiorentina kontra Juventus.
Hal serupa terjadi dalam keluarga besar Sarri yang merupakan fan berat La Viola. Sarri bahkan mengakui ibunya tak suka ketika ia menjadi pelatih Juventus musim ini.
"Ibu saya tak bahagia, katakan saja begitu..." ujar Sarri sambil tersenyum. "Nenek saya tinggal 500 meter dari stadion Artemio Franchi, jadi keluarga besar saya adalah fan La Viola, kecuali saya yang mendukung Napoli."
Sarri memang lahir di Naples, kota tempat Napoli berada. Saat itu ayahnya masih bekerja di sana. Kemudian sang ayah sempat kembali ke Tuscany alias daerah Fiorentina, tetapi Sarri tetap mencintai Napoli.
Dalam 15 tahun pertamanya sebagai pelatih, Sarri menghabiskan waktu menjadi pelatih di klub-klub kecil di daerah Tuscany. Artinya, ia punya banyak teman yang mendukung Fiorentina.
Masalahnya, tak semua kenangan Sarri di Florence merupakan kenangan indah. Kenangan terburuk hadir pada akhir musim 2017-2018 saat ia masih menukangi Napoli, tim yang ia cintai.
Di sebuah hotel di Florence, ia harus rela mendapati para pemainnya menangis dan hancur akibat Juventus.
Baca Juga: Awas, Start Sempurna Inter Milan di Liga Italia Bukan Jaminan Apa-apa
Saat itu jelang akhir musim, Juventus masih unggul satu poin dari Napoli. Juventus bermain lebih dulu dan sempat tertinggal 1-2 dari Inter Milan saat laga memasuki menit ke-88 sebelum mencetak dua gol dan memenangi laga.
Para pemain Napoli melihat hal ini dari hotel tersebut karena harus berlaga kontra Fiorentina sehari setelahnya. Kini harapan mereka untuk meraih Scudetto mulai pupus.
Banyak pemain yang mengeluarkan stres mereka dengan cara menangis. Ada pula yang benar-benar kehilangan samangat. Esok harinya mereka dibantai Fiorentina 0-3.
"Saya punya banyak memori tentang Stadion Artemio Franchi," ujar Sarri.
"Sayangnya yang sekarang saya lihat paling jelas adalah yang terakhir, saya kehilangan Scudetto di sini. Saya ingin mengganti memori tersebut dengan kenangan positif."
Sayang, Sarri gagal melakukannya. Juventus bermain buruk dan harus rela hanya bermain imbang dengan skor 0-0 kontra Fiorentina. Bukan salah dia sepenuhnya memang karena Fiorentina musim ini berbeda dari musim-musim sebelumnya.
Sarri baru berusia dua tahun pada 1961 saat remaja berusia 12 tahun yang merupakan fan Juventus datang dari Amerika Serikat. Ia bernama Rocco Comisso, pria yang saat ini jadi orang terkaya ke-424 di dunia versi Forbes dan juga pemilik Fiorentina.
Musim panas ini ia jadi pemilik baru dan langsung menimbulkan harapan anyar. Salah satu hal pertama yang ia lakukan adalah menahan Federico Chiesa, bintang masa depan timnas Italia, dari cengkraman Juventus. Hal yang berhasil ia lakukan.
Selain itu ia menambah kekuatan dengan mendatangkan nama-nama besar seperti Franck Ribery, Kevin-Prince Boateng, hingga Erick Pulgar yang jadi sasaran banyak klub besar.
Baca Juga: VIDEO - Passing Sembrono De Ligt Nyaris Bikin Juventus Kalah
Hal ini membuat fan Fiorentina bersemangat. Tiket musiman terjual hingga lebih dari 25 ribu lembar, hal yang belum pernah terjadi sejak pergantian abad.
Dengan memiliki banyak keluarga dan teman dekat yang mendukung Fiorentina, Sarri mungkin bisa sedikit tersenyum melihat perkembangan tersebut.
Satu hal yang pasti, kini ia bisa bernapas lega. Dengan hasil imbang laga Fiorentina kontra Juventus, ia masih bisa pulang ke rumahnya.
Sarri masih akan diterima oleh Juventus karena ini masih musim perdananya dan menghindari kekalahan di Florence.
Jika memutuskan pulang ke Fiorentina tempat keluarganya berada, Sarri juga masih akan disambut gembira. Tim kesayangan mereka tak dikalahkan oleh anak-anak asuhan Sarri musim ini di kandang sendiri. Untung saja.
Baca artikel Serie A Ti Amo lainnya di sini.
Editor | : | Thoriq Az Zuhri Yunus |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar