Hal tersebut sesuai dengan agenda FIFA yang tengah menggalakkan sepak bola wanita.
"Tetapi di ruangan ini, saya melihat mayoritas pelatih pria. Kita butuh pelatih sepak bola dari wanita, karena FIFA saat ini tengah menggalakkan sepak bola wanita," ucap Wim.
"Saya harap dikemudian hari negara ini bisa menelurkan lebih banyak pelatih sepak bola berjenis kelamin wanita,” katanya lagi.
Baca Juga: VIDEO - 5 Momen Dramatis Pertarungan Timnas Indonesia Vs Vietnam
Baca Juga: Keadaan Kurang Bagus Dialami Klub Malaysia yang Dibela Saddil Ramdani
Ahmed Alosaymi kemudian membahas persoalan pengaturan pertandingan, termasuk indikasi bahwa sebuah pertandingan mengalami pengaturan skor.
“AFC sangat serius untuk menghilangkan segala bentuk praktek pengaturan pertandingan, seperti apa yang sudah dilakukan oleh FIFA," tutur Ahmed.
"Berbeda dengan hukum suatu negara, di sepak bola, apabila sudah terindikasi adanya pengaturan pertandingan dari berbagai sumber, maka kami akan segara melakukan tindakan, melalui Komite Disiplin, tanpa perlu memanggil orang atau pihak yang bersangkutan terlebih dahulu."
Baca Juga: Legenda Borussia Dortmund Terkesan dengan Bali dan Stadion I Wayan Dipta
"Lalu kami akan memberikan sanksi, baik itu pengurangan poin, terdegradasinya suatu klub, hingga dihukum seumur hidup (untuk pelaku perorangan)," ucapnya menambahkan.
Di akhir, Ratu Tisha juga mengumumkan berdirinya kembali Asosiasi Pelatih Indonesia.
“Di acara ini juga, kami dari PSSI membangunkan kembali Asosiasi Pelatih yang dahulu sudah lama ‘tertidur’,” tutur Tisha.
“Kami menunggu output dari Asosiasi ini untuk menelurkan kurikulum baru dari Filanesia yang nantinya bernama Filanesia 2.0 sebagai update (pembaruan atau tambahan) dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya," ucapnya menutup.
Baca Juga: Pelatih Thailand Direkrut Klub Ini, Pro Futsal League Makin Berwarna
View this post on Instagram
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | PSSI.org |
Komentar