"Semula, saya benar-benar tidak tahu bagaimana lawannya dan kekuatannya. Setelah mengalahkan unggulan pertama, saya berharap bisa lebih jauh sebenarnya dengan melewati Vietnam pada semifinal.Tetapi, saya ambil sebagai pelajaran," ucap Priska.
Setelah SEA Games 2019, perempuan yang menembus perempat final Wimbledon Junior 2019 ini berencana mengikuti turnamen yang masuk dalam kalender ITF (Federasi Tenis Internasional), dimulai dari Australian Open.
"Rencananya, saya mau bermain di semua turnamen Grand Slam. Namun, akan di mix dengan pertandingan senior juga. Yang junior mungkin cuma seri Grand Slam. Targetnya yang penting melewati perempat final dulu," kata remaja kelahiran Jakarta 29 Mei 2003 ini.
Priska mulai mengenal tenis pada umur 4 tahun. Saat itu, dia baru belajar memegang raket setelah kakaknya lebih dulu bermain tenis.
"Habis itu, mulai umur 7 tahun saya iseng ikut pertandingan PON mini di Kemayoran, Jakarta. Disitu, saya mendapat empat medali," ucap Priska.
"Umur 13 tahun, saya pertama kali bisa ikut turnamen ITF dan langsung bisa mencapai perempat final. Setelah itu, saya melanjutkan terus karier bertenis. Tidak ada yang menyangka saya bisa lolos Grand Slam junior," aku Priska.
Turnamen Grand Slam pertama yang diikuti Priska ialah Australian Open 2016.
"Bedanya ini senior. Kalau dibilang levelnya mirip-mirip ya tidak terlalu," ujar putri pasangan Bertus Nugroho dan Emiliana ini.
"Saya masuk Grand Slam development team untuk membantu atlet yang berasal dari negara berkembang. Jadi, kami dibantu membayar tiket dan segala macamnya serta akomodasi."
"Jadi terbantu banget lah segala sesuatunya. Kalau tidak, berat juga untuk putri berangkat ke Grand Slam karena biayanya mahal sekali. Turnya juga panjang tidak hanya seminggu," tutur Priska.
Mengikuti turnamen Grand Slam sejak 2020 juga membuat Priska ingin merebut medali emas pada SEA Games 2021.
"Lawan yang akan dihadapi mungkin masih mirip-mirip seperti sekarang," ucap Priska.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar