Susy mengharapkan pembagian tugas di level utama dan pratama kali ini bisa berlangsung lebih optimal.
Masing-masing pelatih diharapkan bisa bertanggung jawab untuk perkembangan atlet yang dibawahinya. Selain itu, Susy juga ingin proses pembinaan para atlet bisa terus berkesinambungan.
"Pelatih utama akan fokus untuk persiapan Olimpiade, dibantu asistennya yang juga mempersiapkan pemain pelapis. Pelatih pratama kemudian fokus untuk atlet muda, juga persiapan AJC dan WJC (Asia Junior Championships dan World Junior Championships), dibantu dengan asisten pelatih pratama."
"Saya harap nanti semua akan berkesinambungan. Jadi, semua tahapan dan lapisan bisa terisi dan monitoringnya lebih jelas. Ini bagian dari pembagian tanggung jawab," kata Susy.
Susy menjelaskan bahwa saat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang bagus hingga menjadi Olimpiade, tetapi setelah itu sudah nggak ada kosong karena fokusnya hanya Tontowi/Liliyana.
Baca Juga: Jonatan Christie Rehat Sejenak dari Media Sosial demi Olimpiade 2020
"Saya tidak mau seperti itu. Jelang Olimpiade, yang prioritas fokusnya ke situ saja, tetapi pemain lapisnya juga tetap dijaga, tidak ditinggalkan dan diharapkan bisa berprestasi juga. Jadi ketika yang atas akan pensiun, pemain lapis ini sudah siap naik," tutur Susy.
"Begitu juga yang di pratama. Ada empat tahapannya di utama ada prioritas dan atlet utama lainnya, pratama dan magang. Saya tidak mau para atlet berada di zona nyaman. Kalau mereka memang sudah tidak bisa, mohon maaf, ini yang di bawah juga sudah siap buat naik," ujar Susy.
Selain mengumumkan 20 nama pelatih, Susy juga mengatakan tak melanjutkan Nitya Krishinda Maheswari, yang sebelumnya diperbantukan pada sektor ganda putri.
"Tahun ini dari ganda putri, untuk Nitya yang sebelumnya diperbantukan untuk melatih, tidak akan diteruskan. Kami mau kuota pelatihnya semua sama, empat orang setiap sektor," ucap Susy.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Indonesia.org |
Komentar